Senin, 08 Mei 2017

STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MEMADUKAN TEKNOLOGI DAN MEDIA




STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MEMADUKAN TEKNOLOGI DAN MEDIA




Oleh :



                        I Made Guna Yasa ( 15.1.2.5.2.0837 )


                        I Made Pasek Gelgel Sukerna ( 15.1.2.5.2.0838 )


I Wayan Juniartha ( 15.1.2.5.1.0840 )


                        I Gusti Putu Agung Merta Wibawa ( 15.1.2.5.2.0844 )


                        Ni Wayan Ria Lestari ( 15.1.2.5.2.0850 )


                        Ni Gusti Ayu Ketut Mas Puspitasaridewi ( 15.1.2.5.2.0853 )




BAB I


PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah


Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mengunanakan suatu sistem kombinasi tersusun, yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saliang mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Zainal, 2002:41). Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang maksimal dan merata, pengunaan teknologi dan media dalam kegiatan pengajaran sangat diperlukan dan memiliki peranan yang sangat penting.


Perkembangan teknologi dan media yang semakin marak mempermudah manusia untuk melakukan segala aktivitasnya, sehingga belakangan ini teknologi memberikan efek besar bagi para penggunanya. Seiring dengan hal tersebut, kini teknologi merambah ke dunia pendididkan. Para pendidik di era modern ini memanfaatkan teknologi dan media dalam proses pembelajaran menjadi hal yang sangat penting. Penguasaan berbagai ilmu pengetahuan, disamping akan menumbuhkan kreatifitas bagi pendidik dan proses pembelajaran juga akan minciptakan kondisi pempelajaran yang menyenangkan. 


Teknologi pembelajaran awalnya di pandang sebagai teknologi yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana dengan menggunakan alat bantu.  Namun, kini teknologi pembelajaran merupakan teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar. Dalam aktivitas pendidikan, sudah tidak asing lagi para pendidik yang mengunakan strategi dalam pembelajaran dengan memadukan antara teknologi dan media. Januszewski dan Molenda, (2008:1), mengemukakan teknologi pendidikan adalah kajian dan praktek etis untuk memfasilitasi belajar dan dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan, mengunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai. Sedangkan media pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.


 Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media secara terperinci. Apakah pengertian strategi pengajaran yang memadukan teknologi dan media, faktor-faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media, serta bagaimanakah strategi-strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media.




1.2  Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian strategi pengajaran yang memadukan teknologi dan media?


2. Faktor-faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media?


3. Bagaimanakah strategi-strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media?




1.3 Tujuan Penulisan


1.       Untuk menjelaskan pengertian strategi pengajaran.


2.      Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media.


3.     Untuk mengetahui bagaimanakah strategi-strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media.




BAB II


PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Strategi Pengajaran


Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan. Isilah strategi ini, selanjutnya digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Syaiful Bahri 1995:5). Menurut teori belajar, Zainal (2002:41) mengemukakan pengajaran dapat didefinisikan sebagai berikut : 1) pengajaran merupakan usaha menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau siswa; 2) pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Selanjutnya adapaun pengertian strategi pembelajaran menurut beberapa ahli :


1.      Gerlach dan Ely, Strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.


2.      Dick dan Carey, Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.


3.      Hamzah B. Uno, Strategi pembelajaran adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa strategi pengajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.


Berkaitan dengan strategi pengajaran yang memadukan teknologi dan media, Januszewski dan Molenda, (2008:1), mengemukakan teknologi pendidikan adalah kajian dan praktek etis untuk memfasilitasi belajar dan dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan, mengunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai. Seadangkan media pengajaran atau pendidikan adalah segala bentuk peralatan fisik komunikasi berupa hardware dan sofwere merupakan bagian kecil dari teknologi pembelajaran yang harus diciptakan (didesain dan dikembangkan), digunakan, dan dikelola (dievaluasi) untuk kebutuhan pembelajaran dengan maksud untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Oleh Karena itu media pembelajaran sebagai peralatan fisik tidak sama dengan teknologi pembelajaran sebagai suatu disiplin ilmu (Simak Yaumi & Syafei, 2012), Media & Teknologi dalam Pembelajaran. Fak. Tarbiyah UIN Alauddin, Modul 1).


Berdasarkan semua urauian di atas, setrategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media dapat dijelaskan sebagai segala bentuk kajian dan praktek etis yang mengunakan peralatan fisik komunikasi berupa hardware dan sofwere untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan, mengunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai. Dalam menentukan strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media dalam aktivitas pembelajaran tentunya harus mempertimbangkan berbagai factor,  karena mengingat penggunaan teknologi yang berpengaruh memungkinkan terhadap kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Selain itu, hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa, usia siswa dan juga kenyamanan menerapkan strategi yag digunakan. Maka bagi pendidik harus selektif pada pilihannya dan menggunakan berbagai pendekatan  yang membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.


2.2 Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Strategi Pengajaran Yang Memadukan Teknologi dan Media.


Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam penerapan strategi pengajaran yang memadukan teknologi dan media, yang diantaranya adalah pusat setrategi pengajaran, tahapan-tahapan literasi teknologi, serta pemilihan media.


2.2.1 Pusat Strategi Belajar


Pusat strategi pengajaran dibagi menjadi dua kelompok yaitu berpusat pada guru, yang diarahkan secara spesifik oleh guru, dan berpusat pada siswa, yang berorientasi untuk memenuhi kebutuhan para siswa. Dalam kedua kelompok tersebut, guru merupakan kunci bagi perancangan pengajaran. Yang menjadi perbedaan adalah fokus atau orientasi dari strategi tersebut.


1.        Strategi yang berpusat pada guru


Strategi yang berpusat pada guru, dimana seorang guru menjadi pusat dan sumber belajar dalam proses pembelajaran. Guru bertindak mengarahkan fokus, bertindak mengarakan belajar melalui cara-cara yang mengandung tujuan. Seringkali strategi pembelajaran ini dikenal dengan istilah teacher based learning. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan  belajar-mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.


2.      Strategi yang berpusat pada siswa


Strategi yang berpusat pada siswa fokus pada siswa yang memimpin yang mengarahkan pada stuasi belajar. Guru masih bertanggungjawab atas perencanaan dan pengembangan mata pelajaran yang fokus pada siswa yang di pusat pembelajaran. Peran guru beralih menjadi fasilitator belajar, seringkali  strategi yang dilakukan dengan bekerjasama, individual, kelompok kecil dan membantu para siswa untuk fokus pada pencapaian hasil yang diinginkan.


2.2.2 Tahap-Tahap Literasi Teknologi


Adapun tahapan literasi teknologi pada berbagai tingkatan kelas atau umur, berdasarkan International Society for Technology in Education (ISTE) tahun 2007 adalah sebagai berikut :


  1. Kelas TK-Kelas II (umur 4-8), para peserta didik diharapkan menguasai bebarapa kemampuan pengunaan teknologi, diantaranya :


1.      Mengilustrasikan dan mengkomunikasikan ide dan narasi original dengan menggunakan alat digital dan sumber daya media yang beragam.


2.      Mengidentifikasi, melakukan penelitian, dan mengumpulkan data tentang lingkungan dengan menggunakan sumber daya digital dan mengusulkan solusi yang sesuai dengan tahap perkembangan.


3.      Terlibat dalam aktivitas belajar dengan murid dari berbagai budaya melalui email dan sarana elektronik lainnya.


4.      Menggunakan berbagai teknologi untuk menghasilkan presentasi atau produk digital dalam bidang kurikulum kelompok kerja kolaboratif.


5.      Mencari dan mengevaluasi informasi yang berkaitan dengan kondisi saat ini atau sejarah atau peristiwa penemuan dengan menggunakan sumber daya digital.


b.      Kelas 3-5 (umur 8-11)


1.      Menghasilkan narasi dengan menggunakan alat digital dan sumber daya media yang beragam dalam peristiwa yang signifikan berdasarkan wawancara orang pertama.


2.      Menggunakan teknologi pencitraan digital untuk memodifikasi atau membuat karya seni untuk presentasi digital.


3.      Mengenali bias sumber daya digital ketika meneliti lingkungan dengan bimbingan dari guru.


4.      Memilih dan menerapkan alat-alat digital untuk mengumpulkan, mengatur, dan menganalisis data dalam rangka mengevaluasi teori atau menguji hipotesis.


5.      Mengidentifikasi dan menyelidiki isu global serta menghasilkan solusi yang mungkin dengan menggunakan alat dan sumber daya digital.


c.       Kelas 6-8 (umur 11-14)


1.      Menjelaskan dan mengilustrasikan terkait konsep atau proses yang menggunakan perangkat lunak model, simulasi, atau pemetaan.


2.      Membuat animasi atau dokumentasi video sekolah, komunitas.


3.      Mengumpulkan data dan memeriksa pola, dan menerapkan informasi untuk pengambilan keputusan dengan menggunakan alat dan sumber daya digital.


4.      Berpartisipasi dalam proyek pembelajaran kooperatif dan komunitas pembelajaran online.


5.      Mengevaluasi sumber daya digital untuk menentukan kredibilitas penulis, penentu ketepatan waktu, dan akurasi konten.


d.      Kelas 9-12 (umur 14-18 keatas)


1.      Mendesain, mengembangkan, dan menguji permainan pembelajaran digital yang menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan isi kurikulum.


2.      Membuat dan mempublikasikan galeri seni online dengan contoh dan komentar yang menunjukkan pemahaman tentang waktu sejarah, pengenalan budaya dan Negara yang berbeda.


3.      Memilih alat atau sumber daya digital yang akan digunakan untuk tugas dunia nyata dan memberikan pertimbangan atas dasar efisiensi dan efektivitas.


4.      Menggunakan simulasi kurikulum sfesifik untuk melatih proses berpikir kritis. Mengidentifikasi isu global yang kompleks, mengembangkan rencana penyelidikan sistematis, dan menyajikan solusi berkelanjutan yang inovatif.


2.2.3 Prinsip- prinsip pemilihan dan penggunaan Media


Wina Sanjaya (2008:224-228) mengemukakan prinsif-prinsif pemilihan dan pengunaan media dalam perencanaan dan desain sistem pembelajaran dengan memadukan teknologi dan media sangat diperlukan, agar nantinya melaui pemilihan dan penggunaan media yang tepat akan  memperlancar aktivitas pengajaran. Adapun prinsif-prinsif pemilihan dan penggunaan media yang dapat dijelaskan sebagai berikut :


1.      Prinsip Pemilihan Media


         Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, di antaranya:


a.       Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Apakah tujuan tersebut bersifat kognitif, afektif, atau psikomotor. Perlu dipahami tidak ada satu pun media yang dapat dipakai cocok untuk semua tujuan. Setiap media memiliki karakteristik tertentu, yang harus dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemakaiannya.


b.      Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Artinya pemilihan media tertentu bukan didasarkan kepada kesenangan guru atau sekedar selingan dan hiburan, melainkan harus menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses pembelajaran untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran siswa.


c.       Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Ada media yang cocok untuk sekelompok siswa, namun tidak cocok utnuk siswa lain.


d.      Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru. Oleh sebab itu, guru perlu memahami karakteristik serta prosedur penggunaan media yang dipilih.


            Selain pertimbangan di atas, utnutk memilih media dapat menggunakan pola yang lain. Sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari : acces, cost, technology, interactivity, organization, dan Novelty. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :


a.      Access


            Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran untuk koneksi internet? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakannya?


b.      Cost


            Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media canggih biasanya mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakain menurun.


c.       Technology


            Mungkin saja kita tertarik kepada satu meida tertentu. Tetapi kita perlu perhatikan apakah teknologinya trsedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan audiovisual di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada jaringan listrik, apakah voltase listriknya memadai?


d.      Interactivity


            Media yang abaik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan pembelajaran tersebut.


e.       Organization


            Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya?


f.        Novelty


            Kebaruan dari media yang anda pilih juga harus menjadi pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.


2.                  Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran


            Prinsip pokok yang harus diperhatiakan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajarkan adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian, pengguaan media harus dipandang dari sudut kepentingan guru. Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan ajar yang akan diajarkan, maka guru mempersiapkan media OHT (over hoad transpanrasi), dan oleh sebab OHT digunakan untuk kepentingan guru, maka transparansi tidak didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media pembelajaran, melainkan seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada transparan hingga menyerupai koran.


            Kejadian lain yang sering terjadi adalah ketika guru menggunakan media film atau melakukan karyawisata. Oleh karena media yang digunakan tidak diarahkan untuk mempermudah belajar, maka baik film maupun karyawisata sering hanya dijadikan sebagai media hiburan saja.


            Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang  harus diperhatikan, di antaranya :


a.       Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai


b.      Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran. Contohnya, untuk membelajarkan siswa memahami pertumbuhan penduduk di Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik yang mencerminkan pertumbuhan itu.


c.       Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemempuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran maakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan dan agay yang berbeda-beda. Guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.


d.      Media yang digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efisien. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencari tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas penggunanya.


e.       Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya. Sering media yang kompleks terutama media-media mutakhir seperti media computer dan media elektronik memerlukan kemampuan khusus dalam mengoprasikannya. Oleh karena itulah, sebaiknya guru mempelajari dahulu bagaimanamengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan. Hal ini perlu ditekankan, sebab sering guru melakukan kesalahan-kesalahan yang prinsip dalam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya pengguanaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar, malah sebaliknya mempersulit siswa belajar.


2.3       Strategi-Strategi Pengajaran Dengan Memadukan Teknologi dan Media


Strategi pengajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam menentukan strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media, dalam pembelajaran tentunya harus mempertimbangkan berbagai faktor karena mengingat penggunaan teknologi dan media yang berpengaruh memungkinkan kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik.


Selain itu, akan mempengaruhi hasil belajar siswa, usia siswa dan juga kenyamanan menerapkan strategi yang digunakan. Maka bagi pendidik harus selektif pada pilihannya dan menggunakan berbagai pendekatan yang membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Syaiful Bhari (2005:126) mengemukakan beberapa strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media yang dapat dilakukan pada aktivitas pembelajaran, diantaranya dengan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktik, tutorial, diskusi, belajar kooperatif, permainan, simulasi, penemuan dan penyelesaian masalah. Berikut ini adalah beberapa strategi pengajaran yang didukung dengan teknologi dan media selama proses pembelajaran berlangsung.


1.  Presentasi


Dalam sebuah presentasi, sebuah sumber menyajikan atau menyebarkan informasi kepada pembelajar. Komunikasi dikendalikan oleh sumber dengan respons segera atau interaksi dengan pembelajar. Ketika guru menyajikan pembelajaran dengan presentasi, mereka akan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk para siswa atau para siswa yang bertanya ketika bahan pengajaran sedang disajikan. Karena itu maka akan timbul interaksi antara keduanya dan guru bisa memilih untuk mengendalikan interaksi di dalam presentasi. Sumber yang didapatkan bisa melalui buku, internet, video, rekaman audio dan lain sebagainya.


a.  Kelebihan :


  • Menyajikan hanya sekali, menyajikan informasi sekali saja bagi seluruh siswa.
  • Strategi mencatat, siswa bisa mencatat untuk menangkap informasi yang disajikan.
  •  Sumber informasi, sumber daya teknologi, dan media bisa bertindak sebagai sumber informasi berkualitas.
  • Presentasi siswa, para siswa bisa menyajikan informasi yang telah mereka pelajari.


b.      Kekurangan :


  • Sulit bagi beberapa siswa, karena tidak seluruh siswa merespons dengan baik.
  • Berpotensi membosankan, tanpa interaksi presentasi bisa menjadi sangat membosankan.
  • Kesulitan mencatat, para siswa harus belajar mencatat hal-hal penting dari presentasi.
  • Kesesuaian umur, siswa yang berusia lebih muda mungkin mengalami kesulitan mengikuti presentasi yang panjang.


Presentasi tidak selalu harus berupa guru di depan kelas memberi pengajaran. Para siswa bisa melihat video yang memberikan informasi yang mereka butuhkan tentang topik, dan bisa meliputi tampilan yang menarik tentang bidang studi tersebut. Bisa mengarahkan audio kedalam teks untuk mengarahkan pembelajaran siswa. Guru bisa langsung mengarahkan siswa di dalam kelas, menggunakan sumber daya seperti papan putih untuk catatan, transparan OHP atau slide power point.


2.  Demonstrasi


Dalam sebuah demonstrasi, para pemelajar melihat contoh nyata dari sebuah keterampilan atau prosedur untuk dipelajari. Demonstrasi mungkin direkam dan diputar ulang melalui sarana media seperti video. Jika ingin interaksi dua arah, maka diperlukan tutor yang hadir secara langsung.


a. Kelebihan :


·         Melihat sebelum melakukan, para siswa melihat sesuatu dikerjakan sebelum mereka melakukannya sendiri.


·         Panduan tugas, guru bisa memandu sekelompok siswa untuk menyelesaikan sebuah tugas.


·         Penghematan suplai, suplai yang terbatas diperlukan karena tidak semua orang akan menangani beberapa material.


·         Keamanan, demonstrasi memungkinkan guru mengendalikan potensi bahaya bagi para siswa ketika menggunakan benda-benda tajam atau mesin yang berbahaya.


b. Kekurangan :


·         Tidak langsung dikerjakan, demonstrasi bukan merupakan pengalaman langsung dikerjakan bagi siswa kecuali mereka ikut mengerjakannya saat guru memperlihatkan tahapan atau keterampilannya.


·         Pandangan yang terbatas, setiap siswa tidak memiliki pandangan yang setara terhadap demonstrsi, sehingga beberapa siswa mungkin melewatkan beberapa aspek pengalaman tersebut.


·         Masalah mengikuti, tidak semua siswa bisa mengikuti demonstrasi ketika hanya satu tahapan tunggal yang digunakan.


Guru bisa menyiapkan video demonstrasi di depan kelas, guru juga bisa memanfaatkan benda aktual untuk demonstrasi. Seperti cara melaksanakan Tri Sandya, guru bisa menampilkan video ataupun seorang guru mempraktikan cara  Tri Sandya terhadap siswa.


3. Latihan dan Praktik


Dalam latihan dan praktik, para pembelajar dibimbing melewati serangkaian latihan praktis yang dirancang untuk menyegarkan kembali atau meningkatkan penguasaan pengetahuan konten spesifik atau sebuah keterampilan baru.


a. Kelebihan :


·         Umpan balik untuk memperbaiki. Para siswa mendapatkan umpan balik sebagai tindak perbaikan atas respons mereka.


·         Memisah-misah informasi. Informasi disajikan dalam potongan kecil.


·         Praktik yang telah terbentuk. Praktik dibentuk menjadi potongan-potongan kecil informasi.


b. Kekurangan :


·         Repetitif. Tidak semua siswa merespons dengan baik sifat repetitif dari latihan dan praktik.


·          Berpotensi membosankan. Para siswa bisa menjadi bosan kaarena terlalu banyak pengulangan.


·         Potensi belajar. Jika siswa melakukan kesalahan yang sama, penerapan latihan dan praktik tidak membantu siswa dalam belajar.


Latihan dan praktik biasanya digunakan untuk mata pelajaran matematika, belajar bahasa ataupun untuk mengembangkan bahasa asing. Media dan sistem pengajaran biasanya bagus diterapkan untuk media latihan dan praktiknya. Seperti kaset audio, kartu flash, dan worksheet dapat digunakan secara efektif untuk latihan dan praktik, untuk pelajaran mengeja, aritmatika, dan bahasa.


4.  Tutorial


Tutorial, merupakan suatau cara dimana seorang menyajikan konten, mengajukan pertanyan, meminta respons dari pemelajar, menganalisis respons tersebut, memberikan umpan balik, dan memberikan praktik hingga para pembelajar menunjukkan level dasar kompetensi. Perbedaan antara tutorial dan latihan dan praktik adalah bahwa tutorial memperkenalkan dan mengajarkan materi baru, sementara latihan dan praktik fokus pada konten yang diajarkan dalam format lainnya. Para siswa seringkali bekerja mandiri atau satu lawan satu dengan seseorang saat mereka diberikan paket kumpulan kecil informasi yang dirancang untuk dibentuk menjadi sekumpulan pengetahuan dan praktik dengan umpan balik.


a. Kelebihan :


  • Bekerja mandiri. Para siswa bisa bekerja mandiri mengenai materi baru dan menerima umpan balik tentang kemajuan mereka.
  • Menakar sendiri kemajuan. Para siswa bekerja berdasar tingkat kemajuan mereka sendiri.
  • Individualisasi. Tutorial berbasis komputer bisa merespons masukan para siswa dan mengarahkan proses belajar mereka menuju topik baru.


b. Kekurangan :


  • Berpotensi membosankan.
  • Berpotensi membuat frustasi.
  • Berpotensi kekurangan panduan.


Guru dapat mempertimbangkan menggunakan teknologi dan media sebagai cara menyampaikan tutorial. Pelaksanaan tutorial meliputi instruktur ke pembelajar, pembelajar ke pemelajar (misalnya, pemberian tutorial dengan sesama rekan atau pusat belajar), komputer ke pemelajar (misalnya, peranti lunak tutorial yang dibantu komputer) dan cetakan ke pembelajar. Komputer secara khusus dibuat untuk menjalankan peran tutor karena kemampuannya menyampaikan menu respon yang kompleks terhadap berbagai masukan yang berbeda dari para siswa.


5. Diskusi


Diskusi adalah pertukaran gagasan dan opini diantara para siswa atau guru. Diskusi bisa digunakan dalam tahap pembelajaran dan pengajaran apapun, bisa dengan membagi kelompok kecil maupun kelompok besar. Strategi ini merupakan cara yang bermanfaat dalam mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari sekelompok siswa sebelum mengakhiri tujuan pengajaran, terutama ketika memperkenalkan topik baru atau pada permulaan tahun ajaran baru ketika guru belum memahami para siswa.


a.      Kelebihan :


  • Menarik. Diskusi lebih menarik daripada duduk dan menyimak seseorang menguraikan fakta-fakta.
  • Menantang. Siswa ditantang untuk memikirkan tentang topik dan menerapkan apa yang telah mereka ketahui.
  • Inklusif. Diskusi memberikan kesempatan bagi seluruh siswa untuk berbicara
  • Kesempatan bagi gagasan baru. Siswa mungkin dapat menghasilkan gagasan baru saat berdiskusi.


b.      Kekurangan :


  • Berpotensi melibatkan partisipasi terbat.
  • Terkadang tidak menantang.
  • Tingkat kesulitan.
  • Kesesuaian usia.


Menampilkan sebuah video bisa memberikan pengalaman umum dan jika menampilkan isu yang tepat memberikan sesuatu untuk didiskusikan. Dengan mengarahkan diskusi menuju hasil-hasil belajar, mungkin bahwa para siswa akan menentukan sendiri kebutuhan untuk mempelajari lebih jauh tentang topik tersebut sebelum mereka bisa sepenuhnya berpartisipasi dalam sebuah diskusi.


6.      Belajar Kooperatif


Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokan dimana para siswa bekerja sama untuk saling mendapat keuntungan dari potensi belajar anggota lainnya. Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari siswa. Guru sebagai fasilisator dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta didik menuju pengetahuan yang benar dan tepat.


a.       Kelebihan :


  • Manfaat belajar. Mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang bergam memberikan keuntungan bagi seluruh siswa.
  •  Formal atau informal. Kelompok dapat bersifat formal atau informal
  •  Kesempatan belajar. Menciptakan kesempatan belajar yang beragam
  • Area konten. Seluruh area konten bsa disertakan dalam aktivitas belajar kelompok


a.      Kekurangan


  • Keterbatasan ukuran. Kelompok harus berukuran kecil.
  • Berpotensi berlebihan-digunakan. Belajar kooperatif bisa digunakan secra berlebihan dan bisa kehilangan keefektifannya.
  • Keterbatasan anggota kelompok.


Para siswa bisa belajar kooperatif tidak hanya dengan mendiskusikan materi teks dan menyaksikan media, tetapi juga dengan membuat media. Contohnya,  diruang kelas hanya memiliki beberapa komputer untuk digunakan, maka pembentukan kelompok kooperetif dimungkinkan sehingga seluruh siswa bisa mengaksesnya. Dengan mengelompokkan siswa, dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menggunakan komputer.


7.      Permainan


Pembelajaran dengan menggunakan permainan dapat membuat pemelajar tertarik bahkan termotivasi terutama yang membosankan dan repetitive. Teknik permainan ini tidak jarang menuntut keterampilan pemelajar untuk memecahkan permasalahan, kemampuan untuk menghasilkan solusi, atau memperlihatkan penguasaan atau konten spesifik yang mengharuskan tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi. Permainan memberikan kompetitif yang di dalamnya para siswa mengikuti aturan yang telah ditetapkan saat mereka berusaha mencapai tujuan pendidikan yang menantang.


a.      Kelebihan :


  • Keterlibatan para siswa.
  • Permainan dapat disederhanakan agar sesuai dengan tujuan belajar.
  • Permainan dapat digunakan dalam berbagai suasana ruang kelas.
  • Permainan bisa menjadi cara yang efektif agar siswa tertarik pada materi


b.      Kekurangan :


  • Permainan bisa bersifat kompetitif, kecuali kalau diawasi dengan baik.
  • Siswa yang kurang mampu akan sulit mengikuti permainan.
  • Beberapa permainan, terutama permainan komputer bisa sangat mahal.
  • Niat yang salah arah. Tujuan belajar mungkin hilang karena adanya keinginan untuk menang.


8.      Simulasi


Simulasi melibatkan para siswa menghadapi situasi kehidupan nyata dalam versi diperkecil. Memungkinkan praktik realistik tidak akan melibatkan banyak biaya hanya saja melibatkan dialog peserta, manipulasi materi dan perlengkapan, atau interaksi dengan komputer. Simulasi bisa mewakili sesuatu yang terlalu besar ataupun kompleks untuk ditampilkan. Misalnya ketika ingin menyembelih hewan qurban, tidak mungkin kita akan membawa hewan ke dalam kelas, tetapi cukup membawa barang tiruannya saja, atau bisa juga siswa diajak untuk bermain peran hal itu termasuk salah satu contoh dari strategi simulasi.


a.      Kelebihan :


  • Keamanan. Simulasi menyediakan cara yang aman untuk terlibat dalam pengalaman belajar
  • Reka ulang sejarah. Misalnya memainkan peran dalam sejarah romawi kuno
  • Langsung dilaksanakan. Siswa memiliki kesempatan berpengalaman langsung
  • Berbagai tingkat kemampuan. Siswa dengan berbagai tingkatan kemampuan bisa ikut serta


b.      Kekurangan :


  • Representasi yang diragukan.
  • Kompleksitas .
  • Sesutu yang baru mungkin sulit
  • Keharusan menanya ulang , Keterampilan antarpersonal dan percobaan laboratorium dalam ilmu fisika merupakan bidang studi yang populer untuk simulasi.  Bermain peran merupakan salah satu contoh dari strategi simulasi.


9.      Penemuan


Strategi penemuan menggunakan pendekatan induktif, atau penyelidikan, untuk belajar. Strategi ini menyajikan masalah untuk diselesaikan melalui percobaan kesalahan.  Pendekatan umum yang biasa digunakan untuk penemuan yaitu dengan metode ilmiah meliputi pembentukan hipotesis, pertanyaan, mencoba solusi yang mungkin, dan menganalisis informasi yang dipelajari untuk menentukan apakah pendekatan tersebut berhasil. Maka siswa akan menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan tersebut.


a.      Kelebihan :


·         Keterlibatan. Melibatkan para siswa di seluruh tingkatan pembeajaran.


·         Langkah-langkah yang berulang. Menggunakan prosedur yang telah diajarkan sebelumnya.


·         Kendali siswa atas pembelajaran. Siswa merasa bisa mengendalikan proses belajar mereka sendiri


b.      Kekurangan :


  • Faktor waktu. Memakan banyak waktu dari segi perancangan dan pelaksanaan.
  • Membutuhkan pemikiran adanya kemungkinan masalah yang mungkin ditemui para siswa
  • Bisa mengakibatkan salah pengertian


Teknologi dan media pengajaran bisa membantu meningkatkan penemuan atau penyelidikan. Misalnya, video bisa digunakan untuk pengajaran penemuan dalam ilmu-ilmu fisik. Contoh pelajaran fisika yaitu dengan menampilkan tayangan sebuah balon yang ditimbang sebelum dan sesudah diisi dengan udara, para siswa menemukan bahwa udara memiliki berat.


10.  Penyelesaian masalah


Penyelesaian masalah melibatkan penempatan para siswa dalam peran aktif berhadapan dengan masalah baru yang ditemukan dalam kehidupan nyata. Di mulai dari pengetahuan terbatas tetapi melalui kolaborasi dengan rekan, penelitian dan konsultasi dengan ahli, mereka mengembangkan, menjelaskan, dan mempertahankan solusi atau posisi mengenai masalah tersebut.


a.       Kelebihan :


·         Keterlibatan. Para siswa secara aktif terlibat dalam pengalaman belajar dunia nyata.


·         Konteks untuk belajar. Hubungan antara pengetahuan dan keterampilan menjadi jelas.


·         Tingkat kerumitan. Kerumitan masalah bisa dikendalikan, akan lebih banyak tingkatan seiring jalannya waktu.


b.      Kekurangan :


  • Sulit untuk diciptakan. Sulit untuk menciptakan masalah yang berkualitas untuk pembelajaran.
  • Kesesuaian usia. Usia dan tingkat pengalaman para siswa mungkin membutuhkan lebih banyak kontrol dari guru.
  • Makan waktu. Memakan waktu dalam ruang kelas
  • Membutuhkan menanyakan ulang. Guru harus menyisihkan waktu untuk menanya ulang para siswa tentang hal yang sudah mereka pelajari.


            Guru bisa menggunakan teknologi dan media yang ada untuk memperkaya masalah yang akan disajikan. Contohnya masalah yang terstruktur yaitu pembelajaran matematika dalam soal cerita sering kali merupakan aplikasi terstruktur dari kemampuan perhitungan matematika yang telah dikuasai siswa. Ketika mereka memahami masalahnya, mereka mampu menerapkan kemampuan matematika yang tepat dan mendapatkan jawab-annya. Sedangkan aplikasi yang kurang terstruktur yaitu pembelajaran seni yang mana ketika akan membuat sebuah gambar, mungkin saja meminta siswa menggunakan bahan-bahan untuk merancang sebuah gambar yang menggambarkan impian mereka. Para siswa bisa menciptakan gambar yang sederhana atau rumit yang menghasilkan keterampilan seni baru yang mereka pelajari.


BAB III


PENUTUP




3.1       Kesimpulan


Strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media merupakan segala bentuk kajian dan praktek etis yang mengunakan peralatan fisik komunikasi berupa hardware dan sofwere untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan, mengunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai. Dalam pembelajaran tentunya mempertimbangkan berbagai faktor karena mengingat penggunaan teknologi yang berpengaruh memungkinkan kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam penerapan strategi pengajaran yang memadukan teknologi dan media, yang diantaranya adalah pusat setrategi pengajaran, tahapan-tahapan literasi teknologi, serta pemilihan media.


Beberapa strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media dapat dilakukang pada aktivitas pembelajaran, yang diantaranya dengan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktik, tutorial, diskusi, belajar kooperatif, permainan, simulasi, penemuan dan penyelesaian masalah. Disamping itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah situasi dan konteks belajar dan bagaimana siswa mendapatkan pengalaman selama proses pembelajaran, supaya guru bisa menentukan strategi mana yang tepat untuk digunakan.


3.2       Saran


Mengenai pengajaran dengan memadukan teknologi dan media, dapat kami sarankan bahawa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksisal dan merata, serta tercapainya tujuan-tujan suatu pembelajaran yang telah ditentukan, unsur pendidik dan peserta didik hendaknya termotivasi untuk mempelajari dan meningkatkan penguasaan teknologi dan media. Selain itu, khusus bagi pendidik, seorang pendidik hendanya selalu giat dan termotivasi untuk mempelajari dan menerapan metode-metode pengajaran dengan mengaplikasikan teknologi dan media.




DAFTAR PUSTAKA
Arzyad, Azar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta : rajawali Press.


Aqib, Zainal. 2002. Profesional Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendikia.


Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. 2005. Jakarta : Rineka Cipta.


Mudhofir. 1990. Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan Dan Penyususnan Program Pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


Januszewski dan Moleda. Instructional Technology end Media For Learning. Prentice Hall.


Khairil. 2011. Sudarwan Danim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.  Jakarta: Rineka Cipta


Smalindo.2011. Sharon E. Intructional technology and media for learning: teknologi pembelajaran dan media untuk belajar. Jakarta : Kencana.


Sanjaya, Wina. 2013. Perencanaan dan Desain Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


Sudarsana, I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.


Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.


Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230.


Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.


Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontenporer. Jakarta : Bumi Aksara.






0 komentar:

Posting Komentar