TREN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Tugas :
Mata Kuliah Teknologi Pendidikan
Dosen :
Dr. I Ketut
Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H.
OLEH :
I GUSTI AGUNG PUTU WAHYU
PRADNYANA (15.1.2.5.2.0839)
NI
WAYAN KEMALAYANTI (15.1.2.5.2.0841)
NI PUTU DIAH DIRMAYUDANI PUTRI
(15.1.2.5.2.0847)
GUSTI AYU SRI UTAMI
(15.1.2.5.2.0859)
GUSTI AYU MIRAH MAHARDANI
(15.1.2.5.2.0860)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Revolusi ilmu
pengetahuan dan teknologi, perubahan masyarakat, pemahaman cara belajar anak,
kemajuan media komunikasi dan informasi serta lain sebagainya memberi arti
tersendiri bagi kegiatan pendidikan. Tantangan tersebut menjadi salah satu
dasar pentingnya pendekatan teknologis dlam pengelolaan pendidikan dan
pembelajaran (Yudhi Munadi, 2013 : 1).
Pentingnya pendekatan
teknologis dalam pengelolaan tersebut dimaksudkan agar dapat membantu proses
pendidikan dalam pencapaian tujuan pendidikan yaitu al-insan al-kamil. Di samping itu, pendidikan sebagai bagian dari
kebudayaan merupakan sarana penerus nilai-nilai dan gagasan-gagasan sehingga
setiap orang mampu berperan serta dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa
dan negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas,
salah satu yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas
ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yakni yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen).
Misalnya, dalam melaksanakan
kompetensi pedagogik, guru ditunntut memiliki kemampuan secara metodologis
dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya
penguasaan dalam penggunaan media pembelajaran.
Penggunaan media atau alat
bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan
prestasi belajar siswa. Namun, dalam implementasinya tidak banyak guru yang
memanfaatkannya, bahkan penggunaan metode ceramah (lecture method) monoton masih cukup populer di kalangan guru dalam
proses pembelajarannya.
Keterbatasan media pembelajaran
di satu pihak dan lemahnya kemampuan guru menciptakan media tersebut di pihak
lain membuat penerapan metode ceramah semakin menjamur. Kondisi ini jauh dari
menguntungkan. Terbatasnya alat-alat teknologi pembelajaran yang dipakai di
kelas diduga merupakan salah satu sebab lemahnya mutu pendidikan pada umumnya.
Hal ini terlebih sangat dirasakan pada mata pelajaran keagamaan. Pemanfaatan
media dalam proses pembelajaran di bidang keagamaan dapat dikatakan belum
optimal. Demikian daripada itu, lebih
dirasakan bila dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
teknologi informasi dan komunikasi (Yudhi Munadi, 2013 : 2).
Dunia pendidikan dewasa memasuki era dunia
media, di mana kegiatan pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah dan
diganti dengan pemakaian banyak media.Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran
saat ini yang menekankan pada keterampilan proses dan active learning, maka kiranya peranan media pembelajaran, menjadi
semakin penting.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :
1.
Bagimanakah Tren Teknologi Informasi
dan Komunikasi dalam Perkembangan Pendidikan?
2.
Bagaimanakah Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk Dunia Pendidikan?
3.
Bagimanakah Rangkaian Kesatuan Ruang
Kelas dari Tradisonal ke Digital?
1.3. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini memiliki beberapa
tujuan yaitu sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimanakah tren
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Perkembangan Pendidikan.
2.
Untuk mengetahui bagaimanakah Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Dunia Pendidikan.
3.
Untuk mengetahui bagimanakah Rangkaian
Kesatuan Ruang Kelas dari Tradisonal ke Digital.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Tren
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Perkembangan Pendidikan
Penggunaan teknologi informasi (TIK) dalam pendidikan adalah
fenomena yang relatif baru. Pendidik,peneliti dan pemikir telah mengambil
tantangan menggunakan TIK sejak tahun 1980-an dengan sukses yang bervariasi.
Munculnya internet dan world wide web
telah menekan produktivitas baru dan tuntunan pelayanan serta harapan pada
upaya ini meskipun penelitian untuk memandu praktek terbaik tetap sedikit dan
sulit dipahami. Diskusi ini tentang tren yang terjadi pada TIK dalam pendidikan
dan penelitian dimulai dengan sejarah singkat. Sejarah singkat TIK menimbulkan sejumlah masalah yang
menyediakan pilihan untuk berpikir tentang masa depan dan jalur TIK dapat diambil
dalam konteks pendidikan.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya
dalam pendidikan. Fungsi TIK dalam pendidikan sudah menjadi suatu keharusan
yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Berbagai aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi sudah tersedia dalam masyarakat dan sudah siap menanti untuk
digunakan secara optimal untuk kepentingan pendidikan.
2.2. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Dunia Pendidikan
Ada beberapa tren yang berkembang dalam pemanfaatan TIK pada
khususnya dalam konteks sekolah tentunya dengan memperhatikan ketersediaan dan
kemudahan akses sumber belajar online. Berikut ini adalah tren yang berkembang
sebagaimana disarikan dari artikel Newertechnologie
for the learning society (C. Villanueva, 2000).
1. Secara umum, pengintegrasian secara
penuh TIK kedalam pendidikan masih sangat terbatas. Multimedia interaktif atau
hyper media belumlah dimanfaatkan secara meluas. Aktivitas online melibatkan
internet dan internet lebih banyak digunakan untuk keperluan komunikasi
daripada sarana pendidikan interaktif.
2.
Model pembelajaran campuran yang baru muncul. Pembelajaran
tatap muka dan aktivitas belajar online,video, multimedia dan sarana
telekomunikasi menunjang berbagai proses pembelajaran, kadangkala dalam bentuk
kombinasi dan kadangkala dalam bentuk yang lebih terintergrasi.
3.
Pendidikan jarak jauh sekarang disajikan dalam dua cara yaitu
synchronous mode dimana peserta
menggunakan TIK untuk berkomunikasi pada waktu yang bersamaan dan asynchronous
kapan saja mereka online. Dalam kenyataannya pertemuan tatap muka atau interaksi
masih diperlukan untuk menunjang belajar mandiri dan asynchronous agar belajar lebih efektif. TIK memfasilitasi
interaksi tingkat tinggi antara guru, siswa, dan pembelajaran berbasis
komputer, ia dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti mail, mailing, list, chat, bulletin board, dan konfrensi komputer.
4.
TIK
sudah menjadi suatu daya perangkat perubahan dalam bidang pendidikan dan mereka
adalah suatu bagian integratif dari kebijakan dan rencana pendidikan nasional.
Bukti yang berkembang menunjukkan semakin banyak negara yang mulai melengkapai
sekolah mereka dengan komputer untuk mencapai informasi sekolah atau usaha
peningkatan sekolah atau bahkan untuk memberi sekolah mereka suatu penampilan
berteknologi, bagaimanapun dalam posisi ini banyak pendidik yang melihat
teknologi online sebagai suatu jalan untuk pengajaran, pelajaran, dan praktek
penguasaan baru, hanya mempunyai sedikit informasi tentang potensi dan
penggunaan autentik dari TIKdalam pendidikan.
5.
Pengenalan TIK disekolah telah membawa suatu sikap yang lebih
positif terhadap sekolah pada diri siswa. Karena TIK dan belajar berbasis web menawarkan
keanekaragaman yang lebih besar dari tujuan,proyek,aktivitas dan latihan
pembelajaran dibanding kelas tradisional, minat dan motivasi siswapun meningkat
secara nyata. Para guru dan siswa terangsang karena pengajaran menjadi lebih
dinamis yang memperluas visi mereka seperti halnya akses ke bahan belajar dan
perangkat lunak bidang yang bermutu tinggi, lebih dari itu para guru
kelihatannya termotifasi untuk mengajar dengan lebih kreatif.
6.
Kelas online cenderunguntuk menjadi lebih sukses jika TIK
dikombinasikan dengan suatu ilmu pendidikan yang tepat. Gelanggang pendidikan
dari pembelajaran online masih sangat muda.saat banyak institusi yang
menawarkan kursus online, pemahaman mendalam tentang isu pEdagogis yang
berhubungan dengan pendidikan online masih belum diselidiki secara mendalam,
banyak kursus online yang hanya halaman web dikomendasikan dengan E-mail dengan
ruangan chatting tanpa landasan padagogis. Pengalaman-pengalaman sukses
menunjukkan bahwa telah ada suatu penurunan dari aktivitas dipandu guru seperti
halnya penurunan jumlah pembelajaran tatap muka dan bergerak kearah aktivitas
yang berbentuk proyek dan pembelajaran mandiri sebagi hasil pemanfaatan TIK.
7.
Pembelajaran online memungkinkan siswa mempunyai kendali
lebih besar terhadap kegiatan dan isi pembelajaran. Lingkungan online
menempatkan siswa ditengah-tengah pengalaman belajar pada pembelajaran
tradisional, pengulangan digunakan berkali-kali dengan memperkenalkan informasi
yang sangat serupa dalam format berbeda atau dengan menanyakan pertanyaan yang
sama dengan cara yang berbeda. Padahal banyak siswa tidak suka latihan yang
berulang-ulang internet mendorong siswa untuk menggali informasi dan contoh praktis.
Internet mempromosikan suatu alternatif jenis belajar dengan melakukan (learning by doing) dimana para siswa
diminta untuk melakukan proyek yang berhubungan dengan situasi hidup nyata
teknologi menyampaikan informasi dengan penekanan pada penciptaan dan
eksplorasi aktif terhadap pengetahuan dibandingkan transfer informasi searah
yang memungkinkan siswa tersebut untuk menggunakan secara penuh kemampuan
kognitif mereka sendiri.
8.
Corak interaktif sumber belajar memungkinkan siswa untuk
terus meningkatkan keterlibatannya dengan pengembangan isi dan dengan demikian
berperan dalam suatu situasi belajar yang lebih autentik. Sebagai contoh para
siswa dapat mengakses perpustakaan maya diseluruh dunia. Dengan demikian mereka
mempunyai akses ke sejumlah besar informasi dan sumber belajar yang luas yang
tidak dapat dicapai dalam seting pembelajaran yang tunggal. Sejauh yang terkait
dengan guru, sebagian besar sumber belajar yang diletakkan diinternet telah
membantu guru dalam menghadapi tantangan mengajar sehari-hari. Para guru saling
bertukar rencangan pembelajaran, teknik padagogis, dan strategi yang
berhubungan dengan isu-isu dan permasalahan umum.
9.
Pembelajaran online menyediakan perkakas teknik yang membuat
belajar lebih mudah. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan untuk mencari
informasi dan bahan belajar adalah segera dan intuitif. Bahasa tersebut
tidaklah harus dipelajari oleh pemakai dan dapat diadopsi dengan usaha minimal.
Tata bahasa dan sintaksis dasar dapat digunakan sebagai instrumen untuk mencari
dan memperoleh informasi.
10. Pendidikan dan pelatihan guru
sekarangmeliputi pembelajaran kolaboratif dan just-intime. TIK membuka suatu dunia yang utuh dari belajar
sepanjang hayat melalui pendidikan jarak jauh, pembelajaran asynchronous, dan pelatihan atas permintaan.
TIK cukup fleksibel untuk memperkenalkan kursus baru sebagai jawaban langsung
atas permintaan yang semakin meningkat.
11. TIK membantu memecahkan isolasi
profesional yang banyak diderita para guru. Dengan TIK mereka dapat dengan
mudah berhubungan dengan para profesional lain, rekan kerja, penasehat,
universitas, dan pusat keahlian, dan dengan sumber bpelajar. Para guru kini
menerbitkan bahan belajar yang mereka kembangkan di internet dan berbagai
pengalaman mengajar mereka dengan guru lainnya.
12. Penggunaan jaringan komputer untuk
mempromosikan aktivitas belajar berkelompok menjadi semakin lebih populer.
Teknologi komputer dalam pendidikan bergerak dari belajar mandiri ke metode
belajar jarak jauh berkelompok. Dengan menggunakan perangkat komunikasi berbasiskomputer
dan berkelompok dengan menggunakan perangkat komunikasi berbasis komputer dan
kelompok belajar berbasis web, siswa dapat menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya dengan mengkombinasikan usaha mereka untuk mengembangkan
suatuaktivitas atas proyek. Belajar koperatif melalui komputer mempunyai efek
positif atas kinerja tugas kelompok, prestasi individu, dan sikap terhadap
belajar kolaboratif.
13. Universitas sedang memasuki fase
kemitraan dengan sektor swasta, terutama sekali industry teknologi informasi, dalam
rangka membantu menjaga kelangsungan hidup oprasi dan keuangan dari program
pendidikan berbasis TIK. Semakin banyak sekolah menyadari bahwa berhubungan
dengan sektor bisnis tidak akan mengancam sistem persekolahan. Yang melihat
suatu keuntungan dalam capitalising atas produk dan jasa pendidikan mereka.
Persekutuan belajar dipenyampaian produk dapat menawarkan berbagai manfaat
seperti, pengurangan biaya-biaya pengembangan latihan, berbagai biaya-biaya
penelitian, dan pengembangan yang bersama, atau berbagai database dan isi
perpustakaan.
14. TIK meningkatkan fungsi perpustakaan
dan mengubah peran pustakawan secara hakiki. Sekolah tidak perlu melanjutkan
penderitaan atas kelangkaan pendukung perpustakaan dengan memanfaatkan sumber
belajar yang kaya yang tersedia diinternet.
2.3. Rangkaian Kesatuan Ruang Kelas: Tradisional ke
Digital
Pembahasan dalam
media pendidikan yang telah ditinjau menghasilkan seperti sebuah keputusan
bahwa agar lebih baiknya dalam memenuhi kebutuhan siswa terjadi kecenderungan
bagi guru untuk mengubah metode dan perangkat pembelajaran tradisional ke
pendekatan digital. Namun, transisi dari lingkungan ruang kelas tradisonal ke
ruang kelas digital sangat bervariasi antara guru satu dengan lainnya dan juga
antara sekolah dengan sekolah lainnya. Marc Prensky (2006) menjelaskan variasi
ini dalam proses empat tahap adopsi dan adaptasi teknologi :
a. Mencoba-coba
Proses yang dimulai dengan
mencoba-coba teknologi secara acak dengan menambahkan perangkat teknologi ke
beberapa ruang kelas saja atau perpustakaan.
b. Melakukan
hal-hal lama dengan cara-cara lama
Dilakukan dengan cara guru
menampilkan ceramah dalam bentuk PowerPoint
ketimbang menggunakan transparan OHP
c. Melakukan
hal-hal lama dengan cara-cara baru
Seperti guru yang menggunakan model
3D untuk memperlihatkan struktur sebuah senyawa ketimbang menggambarkannya di
papan tulis, atau siswa yang menggunakan pengolah kata dan clip art ketimbang kertas
buku catatan dan gambar buatan tangan untuk membuat sebuah cerita pendek.
d. Melakukan
hal-hal baru dengan cara-cara baru
Tahap adopsi dan adapatasi terakhir
ini sepenuhnya menggunakan kekuatan teknologi dan media, tetapi mengharuskan
menyediakan para siswa dengan konten yang berorientasi masa depan untuk
mengembangkan kemampuan mereka dalam konektivitas mereka. Dengan penggunaan
teknologi satu lawan satu.
Saat ini, hampir
semua ruang kelas telah mencapai tahap empat dengan mengadopsi dan
mengadaptasikan lingkungan yang ada dengan alat digital yang mendukung dan
meningkatkan kemampuan guru dan siswa digital.
A.
Guru
Digital
Alat-alat digital
memperluas dan meningkatkan kemampuan guru untuk memenuhi sejumlah peran dan
tanggung jawab yang terkait dengan menjadi seorang pendidik. Perangkat ini
memungkinkan guru "digital" untuk merencanakan dan menyediakan
pengajaran interaktif dan turut serta dalam komunitas praktik global dengan
sesama pendidik dengan cara yang lebih baik.
a. Pembelajaran
interaktif
Pembelajaran
guru digital melibatkan presentasi yang kaya media dan interaktif. Konferensi
video digital secara langsung bisa menghadirkan sejarahwan, novelis, dan ahli
konten ke dalam ruang kelas. Catatan dan peta konsep dari sesi brainstroming
diperoleh pada papan putih elektronik dan langsung dikirimkan ke pada siswa
melalui e mail. Presentasi pengajaran perlahan-lahan memadukan streaming video
digital dan audio dari berkas berbasis internet mulai dari klip pendek yang
memperlihatkan konsep spesifik hingga dokumenter berdurasi lama. Guru bisa
langsung menuju bagian spesifik dari sebuah segmen dalam gerak lambat atau cepat
atau dalam gerak lambat untuk memperkuat hasil-hasl siswa.
b. Sistem
respon personal (PRS)
Digunakan
oleh guru digital untuk mengumpulkan dan secara grafis menampilkan jawaban
siswa terhadap pertanyaan siswa. Setiap perangkat diberikan kepada siswa yang
ditunjuk, sehingga mememungkinkan guru mengetahui bagaimana setiap siswa
merespon. Penggunaan dalam pendidikan
meliputi: menilai pemahaman siswa mengenai konsep, membandingkan sikap siswa
mengenai gagasan yang berbeda, memprediksi situasi serta latihan dan praktek
dari kemampuan dasar. Sistem ini menggrafikkan serpon siswa untuk memberikan
umpan balik segera kepada guru dan siswa, yang bisa digunakan untuk memandu
kecepatan dan arah sebuah diskusi.
c. Perangkat
penilaian bergerak
Perangkat
digital pegangan tangan digunakan untuk merekam data penilaian dari kemampuan
siswa seperti rekaman terus menerus dari kemampuan membaca siswa SD atau data
penampilan siswa yang direkam dari mengamati presentasi siswa, percobaan lab
atau tulisan tangan.
d. Komunitas
Guru
digital itu harus turut serta dalam komunikasi praktik yang merupakan
sekelompok pendidik dari penjuru negeri dan seluruh dunia yang memiliki tujuan
yang samadan berbagi gagasan dan sumber daya. Interaksi yang berbasis internet
ini menyediakan kesempatan bagi guru untuk berkolaborasi dan bertukar gagasan
dan material. Komunitas praktik bisa berupa pendidik yang mengajar area mata
pelajaran dan tingakat kelas yang sama atau para pendidik dengan minat yang
sama.
B.
Siswa
Digital
Siswa
"digital" belajar di ruang kelas di mana teknologi merupakan komponen
tetap dan pembelajaran yang memperluas lingkungan pendidikan melampaui dinding
ruang kelas dan melampaui kemampuan pembelajar yang ada saat ini.
1)
Perangkat
Interaktif. Siswa digital menggunakan perangkat nirkabel
bergerak dalam berbagai cara dan lokasi dan di luar situasi sekolah dengan
membawa teknologi ke tempat di mana teknologi itu dibutuhkan. Sebagai misal,
para siswa duduk di karpet membaca untuk menemukan sumber daya internet di
komputer laptop nirkabel. Para siswa membawa asisten data personal (PDA), atau
komputer pegangan tangan, ke perpustakaan untuk mengambil catatan dari arsip
artikel koran komunitas. Siswa yang berpasangan menggunakan kamera digital
untuk mengambil contoh-contoh simetri yang ada di kampus sekolah. Siswa SD
menggunakan pemantau digital untuk merekam nilai pH dari enam jenis tanah yang
digunakan untuk menanam lobak. Seorang siswa SMU dengan hambatan membaca
mendengar MP3, atau berkas audio terkompresi, dari Inventing Sherlock Holmes
karya Michael Chabon. Perangkat nirkabel memperluas dan menambahi
pengalaman belajar melampaui kemampuan nondigital.
2)
Berinteraksi
dengan Orang Lain. Belum pernah sebelumnya para siswa terhubung
satu sama lain seperti halnya mereka saat ini dalam lingkungan digital nirkabel.
Telepon, PDA, dan laptop digunakan untuk mengirimkan suara, teks, dan pesan
beranimasi; untuk mendengar musik, berita, dan olahraga; dan untuk menonton
video musik dan pra tayang film terbaru. Para siswa berkomunikasi dengan
perangkat digital mereka dengan perintah suara, dengan catatan tulisan tangan,
atau dengan menggunakan papan tombol mini atau yang tertera di layar. Dokumen
dengan suntingan dan komentar yang secara digital disertakan bisa langsung
dipertukarkan antara siswa dan guru mereka, diantara sesama siswa, dan para
ahli. Komunitas belajar siswa meluas di seluruh dunia melalui alat komunikasi
interaktif berbasis web seperti blog (jurnal pribadi yang bisa diakses secara
publik), wiki (informasi web yang bisa disunting oleh pengguna anggota), danpodcast
(berkas multimedia yang disebar lewat internet yang diformat untuk pengunduhan
langsung ke perangkat bergerak). Sebagai misal, para siswa membuat sebuah blog
mengenai pemanasan global yang dengannya mereka selalu bertukar komentar
dan hiperlinks dengan siswa yang ada di seluruh dunia. Siswa sekolah menengah
menggunakan wiki untuk berinteraksi dengan siswa perguruan tinggi yang
merespons kegiatan menulis mereka, sementara. kelas sejarah SMU mengunggah podcast
berupa wawancara dengan para veteran Perang Dunia II ke situs web kelas
mereka.
Perangkat
digital interaktif terus menjadi populer seperti yang terlihat di
Technorati.com yang memperlihatkan bahwa pada Maret 2007, terdapat 71,1 juta
blog di internet. Wikipedia pun sama populernya dalam hal lebih dari
satu juta entri tersedia dalam lebih dari 200 bahasa pada Maret 2006. Yang
menarik, hanya terdapat: 120.000 entri dalam Encyclopedia Britannica selama
kurun waktu yang sama (Lorenzo, Oblinger, & Dziuban, 2006).
C.
Peran
yang Berubah-ubah dari Pusat Media
Material untuk
pembelajaran seumur hidup terus tersedia melalui perpustakaan, pusat informasi,
dan secara online. Spesialis media sekolah harus memikirkan tidak hanya
dalam hal pengaturan di rak dan peredarannya, tetapi juga dalam hal mengunduh
dan mengunggah secara elektronik menerima, menyimpan, menyusun indeks dan
menyebarkan informasi ke para guru, siswa, ruang kelas, dan rumah. teknologi
interaktif menciptakan generasi baru guru dan siswa yang menjadi tidak hanya
pengguna material seperti itu, tetapi juga pencipta.
Pusat media sekolah
sekarang memiliki berbagai teknologi. Kecenderungannya adalah menuju situasi
lebih berteknologi, termasuk berlangganan ke sumber daya online, seperti
Discovery Education dan Sajari Montage dan pemanfaatan
sumber daya gratis seperti PBS Frontline Online. Di banyak sekolah,
pusat media bermunculan sebagai pusat teknologi. Dengan akses ke dunia melalui
internet dan teknologi lainnya, pusat media sekolah menjadi perpustakaan tanpa
dinding.
D.
Pilihan Pendidikan Jarak Jauh
Pelajar
di masa mendatang akan memiliki banyak kesempatan untuk melakukan pendidikan
jarak jauh melalui pembelajaran online. Melalui pembelajaran online dapat
membantu menjembatani kesenjangan jarak, kemiskininan dan penawaran kursus
terbatas di sekolah-sekolah.
E.
Teknologi
Untuk
Penyetaraan/
Inklusi
Depertemen
Pendidikan Amerika Serikat mengamanahkan agar siswa dengan ketidakmampuan harus
diajari dengan standar yang sama seperti siswa yang tanpa ketidakmpuan. Dan
inovasi dari teknologi memiliki kemampuan untuk membantu siswa yang
berkebutuhan khusus tersebut, baik yang memiliki ketidakmampuan belajar jasmani
serta siswa berbakat. Karena dengan terknologi baru dapat meningkatkan
kemampuan guru untuk mengapdatasikan ruang kelas unruk mengakomonasi siswa
yangberkebutuhan khusus.
F.
Teknologi Menghubungkan Sekolah Dan Rumah
Semakin
populer kehadiran teknologi dalam rumah tangga, menjadikan guru memiliki
kesempatan untuk berkomunikasi dengan siswa dan orang tua siswa. Jadi dengan
adanya komunikasi antara pihak sekolah dengan rumah siswa sangat memungkinkan
untuk memperpanjang periode waktu belajar. Teknologi memungkinkan guru untuk
mengirimkan PR dan tugas melalui jaringan-jaringan ke rumah atau orang tua
siswa.
G.
Status Kesenjangan Teknologi
Kesenjangan
teknologi saat kini telah menyempit. Selain harga perangkat yang murag, sekolah
saat kini telah memberikan solusi bagi siswa yang tidak memiliki akses komputer
di rumah melalui kesempatan lebih besar menggunakan komputer dan internet di
ruang kelas. Selain itu, pusat komunitas dan perpustakaan menawarkan akses
gratis ke computer.
H.
Ruang
Kelas Global
Melalui penggunaan
sistem satelit yang kompleks, dunia kita terhubung dengan jaringan digital tak
terlihat yang Benar-benar membnat ruang kelas saat ini menjadi global. Siswa
sekarang belajar dari berbagai rupa sumber daya mulai dari buku cetak hingga
konferensi video langsung dengan orang-orang yang secara geografis terpisah
ribuan mil. Para guru menggunakan sumber daya seperti ePals Global Network yang
memiliki lebih dari 18.000 kelas dari sekitar 200 negara yang turut serta dalam
kegiatan belajar lintas budaya. Para guru bisa merencanakan mata pelajaran
dengan dengan satu atau dua guna atau melibatkan siswa mereka dalamsalah satu
dari banyak proyek penelitian interaktif besar yang melibatkan anak-anak di
seluruh dunia. Proyek sampel meliputi Healthy Wetland, The Way We Are,
"Traditional Mythology, dan Currency, Money, and the barter System.
Dunia juga terbuka bagi
siswa melalui streaming video secara langsung yang mulai diputar sebelum
berkas seluruhnya diunduh dari web. Siswa bisa melihat bidikan secara langsung
dari Kutub Selatan. Jalanan di kota Wina, pelestarian permainan Kenya, Menara
Eiffel, Hutan Bavaria, Gunung Fuji, sebuah katedral di Florence, pasar kota di
Hong Kong, atau laboratorium penelitian Olivetti di Cambridge.
Banyak
dari situs-situs tersebut memiliki kontrol pengguna di kamera sehingga siswa
bisa secara bebas menelusuri tempat-tempat jauh dari berbagai sudut pandang.
Mengunjungi negara-negara yang berbeda melalui video bisa meningkatkan
kesadaran siswa mengenai perbedaan dalam waktu karena, sebagai misal, video
mungkin menampilkan matahari yang terbit ketika saat itu adalah petang dalam
ruang kelas siswa. Menayangkan dunia “saat terjadinya" membuka mata siswa
terhadap perbedaan dan persamaan yang ada dalam budaya dunia ketika para siswa
melihat apa yang orang-orang
kenakan, kendarai, makan, dan lakukan.
I.
INOVASI
PADA HORIZON
1)
KOMPUTASI
BERGERAK
a. Pena
digital
Pena digital
mentransfer tulisan menjadi teks, berbicara kepada kita, menjalankan musik dan
games
b. Laptop
Dalam rangka mengurangi
kesenjangan terknologi di seluruh dunia, para ahli memproduksi laptop murah.
Biaya komputer murah berkurang karena menggunakan sistem operasi yang
disederhanakan, tidak menggunakan harddrive dan produksi massal.
c. Pemutar
media
Pemutar media mulai
digunakan sebagai perangkat yang digunakan untuk membuat kumpulan musik digital
seperti iPod.
d. PC
tablet
Meskipun PC tablet yang
merupakan laptop berbentuk notebook, bukanlah sesuatu yang baru. Kemampuannya
yang makin meningkat membuat alat ini tetap layak sebagai kategori inovasi
baru.
e. Bantalan
presenter nirkabel
Perangkat inovatif
memungkinkan guru untuk mengontrol presentasi digital dari mana saja dalam
ruangan. Guru dengan tujuh siswa bisa mendalikan kontrol komputer dengan
bantalan presenter nirkabel.
2)
PERANTI
LUNAK INOVATIF
a. Bluetooth
Perangkat keras digital
saat ini telah disertai dengan bluetooth, yaitu koneksi antar perangkat keras
yang tidak terlihat. Ini dapat menghindari koneksi berkabel yang bisa membuat
siswa tersandung dan mengurangi kerapian.
b. Peranti
lunak pengelolaan ruang kelas
Memungkinkan guru untuk
mengawasi kegiatan ruang kelas melalui komputer server. Juga bisa merekam
seluruh kegiatan siswa pada monitor, mouse dan keyboard di komputer siswa.
c. Teknologi
penulisan bentuk
Teknologi penulisan
bentuk dikembangkan untuk membantu para pengguna perangkat pegangan tangan yang
bergerak saat memasukkan informasi. Ketimbang menggunakan keyboard untuk
mengetikkan tiap huruf, pengguna menggambarkan sebuah garis berkesinambungan
melalui huruf dari setiap kata.
d.
Voice
over inernet protocol
Memungkinkan pengguna
untuk melakukan dan menerima panggilan via internet. Para guru bisa melakukan
penggilan dari komputer sekolah ke komputer siswa dan komputer orang tua di
rumah
e.
Voice
to text
Peranti lunak voice to
text mengubah suara lisan menjadi teks. Tetapi karena pelafalan kata sangat
berbeda-beda dari sari orang dengan pelafalan orang lain.
f.
Liquid
Crystal Display
LCD akan menjadi sangat
umum digunakan di komputer dan yang lebih besar akan hadir di ruang kelas dan
ruang konferensi. Meski makin bergensi karena kualitas gambar, warna dan sudut
penayangan meningkat, namun harga semakin murah.
3)
BUKU
ELEKTRONIK
Buku elektronik sama
halnya dengan buku tradisional, baik dari segi ukuran dan dan isi. Biasanya
membuat cukup memori 75 hingga 80 buku. Dua fitur e book sangat menarik
ditinjau dari segi pendidikan. pertama yaitu hypermedia, melalui hypermedia
dapat berpindah-pindah dari satu topik ke topik lain. Dan teks juga bisa berisi
grafik, audio dan video. Fitur kedua adalah konten dari e book bisa dengan
mudah dirubah untuk menyesuaikan kebutuhan pembaca dengan mengunggah buku baru
dan menghapus teks yang tidak diinginkan.
J.
Sekolah
di Masa Depan
Siswa saat ini merupakan generasi pertama yang tumbuh dalam dunia
digital. Ponsel, pemutar DVD portabel, permainan komputer, instant
messaging, dan iPod merupakan perangkat sehari-hari. Siswa semacam ini
dikenal sebagai “digital natives" (Prensky, 2001). Tantangan untuk
sekolah di masa depan adalah menciptakan lingkungan pendidikan yang melampaui
dan meningkatkan kemampuan "digital
natives" ini sembari memperkuat mereka dengan pengetahuan dan
kemampuan yang diperlukan yang dibutuhkan untuk sukses dalam masyarakat global.
Hasil terlihat positif karena teknologi menjadi lebih bermanfaat, lebih
tersedia di mana-mana, lebih "pintar," dan lebih hebat, dan pada
saat yang sama menjadi kurang menakutkan, kurang tampak terlihat, kurang
menuntut, dan murah. Kemajuan-kemajuan ini memungkinkan sekolah melakukan
peralihan dari lingkungan tradisional ke digital. Perubahan-perubahan itu akan
berdampak pada teknologi masa depan yang digunakan oleh guru dan murid,
struktur ruang kelas, dan peran guru.
1)
Teknologi
P-12 di Masa depan. Inovator saat ini
memberikan pandangan mengenai kemajuan teknologi untuk sekolah-sekolah di masa
depan. Yang tcrbaru kita bisa menyelenggarakan konferensi video yang
menghadirkan para ahli ke dalam ruang kelas. Di masa depan interaksi semacam
itu akan ditingkatkan melalui perangkat kolaborasi 3-D sepertif yang
dikembangkan oleh Teleportec. Perangkat
tersebut memungkinkan pembicara tamu yang ada di tempat yang jauh untuk
ditayangkan dalam bentuk berukuran hidup, berbentuk tiga dimensi dan langsung
yang bisa berinteraksi dengan dan memperoleh kontak mata dengan mata dengan
para siswa yang turut serta dalam konferensi video. Pembicaraan tamu bisa
"secara virtual" didudukkan di meja yang sejajar para siswa atau
berdiri di depan kelas. Lingkungan virtual memungkinkan sang pembicara untuk
"melihat" siapa yang mengajukan pertanyaan dan melihat siswa ketika
menjawab. Sistem tersebut menampilkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang
mengesankan keaslian pengalaman dan memperkaya belajar.Kemajuan juga bisa
dilihat dalam kecanggihan dan penggunaan agen pedagogis, pribadi-pribadi
komputer yang digunakan untuk membantu dan menjadi mentor bagi para pemelajar.
Salah satu contoh dari agen pedagogis sederhana adalah asisten
"Clippit" dalam Microsoft Office yang memantau tindakan pengguna dan
memberikan saran. Agen pedagogis yang lebih canggih lagi dilekatkan dalam
lingkungan belajar berbasis komputer untuk membantu pemelajar dalam meraih
hasil yang di inginkan. Agen tersebut terlihat memiliki ciri-ciri karakter
beranimasi yang mengemban empat tugas utama: ahli pengetahuan, motivator
pendukung, mentor, atau seseorang yang berpengetahuan dan suportif (BayIor
& Kim, 2005).
Contoh-contoh di ruang kelas mengenai agen
pedagogis meliputi hal-hal berikut ini:
•
Asisten informasi untuk membantu para siswa
mengelola informasi.
•
Tutor untuk memudahkan belajar.
•
Pelatih/mentor untuk mendukung, memandu, dan
memperluas pemikiran siswa.
•
Perangkat untuk membuat agen pedagogis personal
para siswa.
Di masa depan, para agen pedagogis akan mencapai
tingkat interaksi yang jauh lebih besar melalui teknologi seperti BlueEyes dari
IBM. Agen yang dibuat dengan BlueEyes akan menggunakan teknologi
pengindraan untuk mendeteksi keadaan fisik, emosional, atau informasi siswa.
Ketika seorang siswa menggunakan peranti lunak pendidikan dengan agen BlueEyes,
komputer akan dilengkapi dengan sebuah kamcra yang menangkap ekspresi wajah
pembelajar. Agen tersebut akan menggunakan kecerdasan buatan untuk mengubah
ekspresi-ekspresi menjadi sebuah reaksi yang diberikan kepada pemelajar Sebagai
misal, jika pemelajar tersenyum dan menganggukkan kepalanya setelah
menyelesaikan sebuah kegiatan, agen tersebut mungkin memberikan umpan balik
yang sama seperti berikut ini, “sepertinya kamu memahami sebuah kata benda.
Mari kita beralih bagian selanjutnya dalam percakapan." Atau, jika siswa
mengerutkan dahinya dan mengangkatn bahunya, umpan balik sang agen mungkin saja
berupa, "kamu kelihatan bingung. Tingkat umpan balik
"terpersonalisasi" ini, meskipun diberikan oleh seorang mentor
"virtual," akan memungkinkan para pemelajar untuk memaksimalkan
pengalaman belajar mereka.
2)
Struktur
Ruang Kelas Masa Depan. Ketika memikirkan
sekolah di masa depan, adalah mudah untuk membayangkan lingkungan berteknologi
tinggi yang nirkertas, nirkabel, dan memiliki koneksi global. Tetapi, seperti
yang kita telah lihat dari banyak pengalaman terbaru kita, kita membutuhkan
"lebih daripada sekadar meletakkan komputer di ruang kelas. Sekolah-sekolah di masa
depan harus menerapkan teknologi secara tepat guna, yangmelengkapi kebiasaan
belajar individual dari siswanya". Pemikiran
ini dijelaskan dalam"sekolah masa depan," yang membuka pintunya di
Philadelphia pada September 2006. Struktur senilai USD 63 juta merupakan hasil
usaha gabungan antara Microsoft Corporation dengan Philadelphia School District
dan mencerminkan visi Bill Gates untuk menyiapkan siswa di abad ke-21. la
dimulai dengan pola pikir yang baru di mana para siswa dianggap sebagai
"pembelajar"
dan guru merupakan "pendidik". Lingkungan tersebut sepenuhnya digital.
Para pemelajar menggunakan kartu pintar untuk absensi untuk mengakses loker,
dan untuk menelusuri nilai gizi hidangan makan. Para siswa tidak lagi membawa
buku di tas ransel mereka karena e-book telah menggantikan buku
perpustakaan di perpustakaan dan bertindak sebagai buku cetak. Para pendidik
terus terhubung dengan para siswa, karena keduanya dilengkapi dengan laptop
yang selalu bertautan dengan jaringan internet nirkabel. Ruang kelas tidak lagi
memiliki batas-batas pasti; dinding bisa digeser dan perabotan bisa diubah-ubah
untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam.Seperti yang kita lihat,
sekolah masa depan mungkin makin mengarah ke sekolah online, dan kita
sadar bahwa dengan model belajar terbaru ini kita haras sepenuhnya mendapatkan
keberuntungan dari lingkungan digital
3)
Peran
Guru di Masa Depan. Peran dari seorang guru
akan selalu memiliki tanggung jawab mendasar berupa memungkinkan siswa untuk
belajar. Tetapi, telah tampak perbedaan sejalan dengan waktu dalam bagaimana
guru meraih tujuan tersebut. Peran seorang guru di masa depan akan tetap
menghasilkan peningkatan belajar siswa, tetapi guru harus memiliki kemampuan
yang lebih luas daripada sekadar pengetahuan konten dan kemampuan pedagogi.
Para guru di masa depan harus kompeten di bidang teknologi dan melek
informasi.Sebagian besardari guru saat ini memiliki kemampuan melek computer
mendasar (Swanson, 2006), tetapi sering kali kurang pemahaman untuk menerapkan
kemampuan tersebut secara efektif untuk memadukan teknologi ke dalam pangajaran
mereka. Para guru harus melek komputer untuk memperoleh kompetensi teknologi
(Morrison & Lowther, 2005). Ini artinya bahwa guru harus mengetahui melek
komputer dasar, tetapi yang lebih penting lagi, mengetahui bagaimana dan kapan
menggunakan teknologi untuk meningkatkan belajar.Adalah jelas bahwa teknologi
akan makin banyak dalam sekolah di masa depan. Oleh karena itu, kompetensi
teknologi akan menjadi persyaratan penting bagi guru di masa depan. Sebagai
misal, guru harus bisa merencanakan kegiatan ruang kelas yang terus-menerus
memadukan pengalaman multimedia yang kaya yang secara interaktif melibatkan
para siswa dalam belajar yang bermakna.
K.
Masa
Depan Dalam Bidang
Ini
a. Organisasi
profesional dalam teknologi pendidikan
- AECT (Asosiasi untuk Komunikasi dan Teknologi Pendidikan): organisasi interpersonal yang mewakili professional teknologi pendidikan yang bekerja di sekolah, perguruan tinggi, pemerintahan, dan sebagainya.
- AACE (Asosiasi untuk kemajuan komputerisasi pendidikan): organisasi professional dan pendidikan internasional yang ditujukan untuk kemajuan pengetahuan, teori, dan kualitas pembelajaran dan pengajaran di seluruh tingkatan dengan teknologi informasi.
- ALA (Asosiasi perpustakaan Amerika): organisasi perpustakaan terbesar di dunia yang ada di Amerika
- ISTE (Masyarakat internasional untuk teknologi dalam pendidikan): meningkatkan pendidikan melalui penggunaan teknologi dalam belajar.
- ITEA (Asosiasi Pendidikan Teknologi internasional): organisasi professional untuk teknologi, inovasi, dan desain
- IVLA (Asosiasi Melek Visual internasional): ditujukan bagi penelusuran konsep melek visual
- US-DL (Asosiasi pembelajaran jarak jauh Amerika Serikat): mendorong pengembangan dan penerapan belajar jarak jauh untuk pendidikan dan pelatihan.
b. Jurnal
profesional dalam Teknologi Pendidikan
Seluruh
organisasi profesional dalam teknologi pendidikan menerbitkan jurnal peminat
bagi para anggota mereka. Berbagai penerbitan berkala lainnya termasuk ke dalam
penerbitan khusus bagi para guru yang tertarik dalam penggunaan teknologi dan
media. Misalnya media dan metode. Menyoroti peranti keras dan peranti lunak
terbaru.Educational Technology membahas baik dari segi guru maupun ahli
terknologi pendidikan, yang menyediakan artike dari berbagai topok mulai dari
teoritis sampai yang praktis.
BAB
III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan tersebut di atas maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1.
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan terutama sebagai media
pembelajaran.
2.
Berbagai
aplikasi teknologi informasi dan komunikasi sudah tersedia dalam masyarakat dan
sudah siap menanti untuk digunakan secara optimal untuk kepentingan pendidikansebagai
media pembelajaran agar lebih efektif.
3.
Transisi dari lingkungan ruang
kelas tradisonal ke ruang kelas digital sangat bervariasi antara guru satu
dengan lainnya dan juga antara sekolah dengan sekolah lainnya. Adapun proses
yang diadaptasi yaitu mencoba-coba, melakukan hal-hal lama dengan cara yang
lama, melakan hal-hal lama dengan cara baru dan melakukan hal-hal baru dengan
cara baru.
3.2. SARAN
Adapun
saran yang akan disampaikan berdasarkan pada uraian pada makalah ini adalah:
1.
Perlu adanya kesamaan persepsi diantara
guru tentang pentingnya teknologi informasi dan komunikasi dalam
mengaplikasikan media pembelajaran terutama di era tren dunia.
2.
Perlu adanya dialog dengan masyarakat
sebagai stockholder pendidikan tentang program-program sekolah untuk
mendapatkan support dan dukungan dari masyarakat dan untuk menumbuhkan rasa
tanggung jawab terhadap keberhasilan program sekolah terutama sekolah
yang berbasis TIK dalam menggunakan media pembelajaran.
3.
Penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK melalui pendidikan
terbuka dan jarak jauh, membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya,
pemerintah, swasta serta masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia yang
mumpuni dalam mengembangkan media pembelajaran yang berkaitan dengan tren
globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Munadi, Yudhi. 2013. Media
Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta : Referensi (GP Press
Group).
Nasution. 2012. Teknologi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah. Russel, James D. 2011.
Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sudarsana, I. K. (2014).
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di
Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.
Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal
Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.
Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT
MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU
YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230.
Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN
TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND
PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal
Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.
0 komentar:
Posting Komentar