PENTINGNYA
MEDIA VISUAL DALAM
MERANCANG MATERI YANG EFEKTIF
Dosen
Pengampu : Dr. I Ketut Sudarsana,
S.Ag.,M.Pd.H
Mata
Kuliah : Teknologi Pendidikan
Oleh
:
Komang Ayu Tri
Ratna Dewi, S. Ag (15.1.2.5.2.0846)
Ni Nyoman Tri
Wahyuni, S.Pd.H (15.1.2.5.2.0851)
Kadek
Widiastuti, S.Pd.H (15.1.2.5.2.0852)
Ni Nengah
Sudarsini, S.Pd.H (15.1.2.5.2.0854)
Ni Kadek Sri
Ayuni, S.Ag (15.1.2.5.2.0858)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses
pembelajaran, seringkali terjadi hal-hal yan membuat pembelajaran tidak
berjalan dengan baik. Mengupayakan pendidikan yang berkualitas, guru seringkali
menemukan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran. Kondisi semacam ini
akan terus terjadi selama guru masih menganggap bahwa dirinya merupakan sumber
belajar bagi siswa dan mengabaikan peran media pembelajaran. Untuk itu perlunya
pengembangan inovasi pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Dengan
menggunakan alata bantu atau media pembelajaran akan membantu guru dalam proses
pembelajaran.
Penggunaan media
pembelajaran bukan sekedar upaya untuk membantu guru dalam mengajar, tetapi
lebih dari itu sebagai usaha yang ditujukan untuk memudahkan siswa dalam
pelajaran. Akhirnya media pembelajaran memang pantas digunakan oleh guru, bukan
hanya sekedar alat bantu mengajar bagi guru, namun diharapkan akan timbul
kesadaran baru bahwa media pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam
sistem pendidikan sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membantu
lancarnya bidang tugas yang diemban untuk kemajuan dan meningkatkan kualitas
peserta didik. Padahal anak sebagai subyek pembelajar yang memiliki
kekuatan psikopisik yang jika memperoleh sentuhan yang tepat akan mendorong
murid berkembang dalam kapasitas yang mengagumkan. Untuk itu pendidik harus
membangun kemampuan pada dirinya agar dapat mengubah gaya-gaya mengajar yang bersifat
tradisional menjadi gaya mengajar modern, sehingga guru mengajar dengan luwes
dan gembira. Dengan banyak cara yang tidak kalah pentingnya, dapat menerapkan
proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran sehingga guru mampu
mengefektifitaskan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi Informasi, sangat berpengaruh
terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran.Melalui kemajuan
tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran
meliputi, media visual, media audio, media produksi diam, media proyeksi gerak
dan audio visual. Media visual berupa media yang ditampilkan yang dinikmati
oleh pengelihatan. Media visual berupa gambar, grafik, sketsa, kartun, foster
dan sebagainya. Media visual akan membantu pembelajaran yang efektif
dikarenakan media visual mampu mengarahkan siswa untuk berpikir kritis. Selain
itu pembelajaran yang dilakukan dengan pengamatan akan lebih tertanam di
pikiran anak didik. Untuk itu media visual dirasa sangat penting untuk
mendukung proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :
1. Apa
pengertian mediaVisual?
2. Prinsip-prinsipapa
sajakah yang perlu diperhatikan dalam media visual?
3. Bagaimanapanduan
perancangan visual untuk materi yang efektif?
4. Apa
kelebihan dan kekurangan media visual?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1.
Tujuan
Umum
Secara
umum makalah ini bertujuan untuk mengenalkan media visual dalam merancang
materi yang efektif dalam pembelajaran.
2.
Tujuan
Khusus
Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui
pengertian Media Visual dalam Merancang Materi yang Efektif.
b.
Untuk mengetahui
Prinsip-Prinsip Visual dalam Merancang Materi Yang Efektif.
c.
Untuk mengetahui
Panduan perancangan media visual untuk materi yang efektif
d. Untuk mengetahui kelebihan dan Kelemahan Media Visual
dalam Pembelajaran
D. Manfaat Penelitian
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca atau pihak
terkait yaitu sebagai
literatur atau referensi sehingga mampu membuka wawasan para pembaca mengenai peran, prinsip serta panduan media visual dalam
merancang materi yang efektif dalam pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Media Visual
Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia (2000:508) dijelaskan bahwa media merupakan sarana
atau alat komunikasi bagi masyarakat. Media merupakan sarana yang dipakai untuk
berkomunikasi agar mempermudah di dalam mensosialisasikan dan memberi informasi
kepada masyarakat. Media merupakan sarana yang dipakai untuk berkomunikasi agar
mempermudah di dalam mensosialisasikan dan memberi informasi kepada masyarakat.
Informasi dalam arti luas merupakan suatu konsep global yang dapat menunjukkan
berbagai jenis pola-pola yang akan dihadapinya (Rusian, 2005:105).
Arsyad (2014:3) kata
media berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Menurut Gerlach
& Eli (1971) dalam Arsyad (2014:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis atau elektronis untuk mengungkap, memproses dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Media visual merupakan
penyampaian pesan atau informasi secara teknik dan kreatif yang mana
menampilkan gambar, grafik serta tata dan letaknya jelas,sehingga penerima
pesan dan gagasan dapat diterima sasaran. Media Visual (Daryanto, 1993:27),
artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa
dinikmati lewat panca-indera mata.Media visual (image atau perumpamaan)
memegang peran yang sangatpenting dalam proses belajar. Media visual dapat
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.Visual dapat pula menumbuhkan
minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan
dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks
yang bermakna dansiswa harus berinteraksi dengan visual ( image ) itu untuk
meyakinkan terjadinya proses informasi. Dengan demikian media visual dapat
diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran.
Arsyad (2014:89)
mengatakan bentuk visual bisa berupa: (a) gambar representasi seperti gambar,
lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b)
diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi
material; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur
dalam isi materi; (d) grafik seperti table, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau
antar hubungan seperangkat dgambar atau angka-angka.
Media Visual terdiri dari:
1.
Media yang tidak diproyeksikan.
a. Media
realita adalah benda nyata
Benda
tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat
langsung ke obyek.Kelebihan dari media realita ini adalah dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa.Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk
hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
b. Model
adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau
pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi
kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem
gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf
pada hewan.
c. Media
grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol
visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian
pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan
jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.
2. Media
proyeksi
a. Transparansi
OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang
kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus
membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak
(Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP).
Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
·
Mengambil dari bahan cetak dengan teknik
tertentu.
·
Membuat sendiri secara manual.
b. Film
bingkai/slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi
bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah
satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya
kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah
biaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan
dibutuhkan proyektor slide.
B. Prinsip-prinsip Visual dalam
Merancang Materi yang Efektif
1.
Literasi
Visual
a)
Pendekatan Visual
Dalam Wikipidia dijelaskan literasi adalah kemampuan untuk memahami,
menganalisis, dan mendekonstruksi suatu obyek visual (http://id.m.wikipedia.org/wiki/literasi_media
(diakses tanggal 24 Maret 2016) .Literasi visual digunakan untuk merujuk pada kemampuan untuk
menafsirkan peran visual secara akurat dan untuk menciptakan pesan semacam itu
(Smaldino,2012 :68). Literai visual bisa dikembangkan menjadi dua pendekatan
utama, yaitu:
·
Strategi input
membantu para peserta didik untuk memahami atau membaca visual secara fasih
dengan menerapkan kemampuan analisis visual (misalnya melalui analisis gambar
dan diskusi multimedia dan program video).
·
Strategi output
membantu para peserta didik untuk menyandikan atau menulis visual untuk
menyatakan diri mereka sendiri dan berkomunikasi dengan orang lain (misalnya
melalu perencanaan dan produksi presentasi visual).
Visual membajiri para siswa saat
ini, sehingga kemampuan mereka untuk membaca, mengerti, menciptakan,
menaganalisis dan belajar menjadi lebih penting daripada
sebelumnya.Pengembangan literasi visual telah digabungkan dengan program
pendidikan seluruh Amerika Serikat dan dibanyak Negara lainnya untyk
memperkenalkan para siswa pada konsep dan kemampuan yang berhubungan dengan
penafsiran visual dan berkomunikasi secara visual.Dalam program-program
tersebut, para guru didorong untuk berpikir secara visual dan memfokuskan
perhatian para siswa pada aspek visual dan material cetakan dan materi yang
tersedia secara digital, termasuk buku teks, dan buku cerita.Oleh karena itu,
program-program ini dirancang untuk anak-anak mulai dari pra sekolah hingga
sekolah lanjutan dan mencakup baik itu untuk mengodekan maupun menyapaikan
informasi visual di seluruh media. Literasi visual sekarang telah diterima dengan
baik sebagai aspek penting dari kurikulum diseluruh tingkatan pendidikan dan
paling baik dikembangkan ketika disertakan dalam area-area konten, dengan
aktivitas dan penilaian yang terkait dengan standar belajar lokal, Negara
bagian dan nasional.
Program semacam itu,
disekolah-sekolah publik melibatkan para siswa dalam banyak kegiatan
keterampilan dan proyek produksi media dengan tujuan mengembangkan keterampilan
berpikir dan melihat secara kritis.Sebagai misal, para siswa membahas materi
dengan fokus pada bagaimana elemen-elemen dalam tiap media seperti gambar,
perspektif, perancang atau kecepatan bisa memengaruhi dampak dari pesan visual
para siswa dalam memilih materi dan pentingnya visual dalam mengembangkan
kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Di banyak distrik, para siswa
terlibat dalam belajar dan menggunakan teknologi dengan tepat untuk membuat
poster kampanye, merancang produk dan iklan baru, membahas kebiasaan mereka
menonton televise mereka dalam bentuk film digital. Mereka memproduksi video
dan mereka merancang dalam proyek video, fotografi, dan media hadiah lainnya.
b)
Menafsirkan
Visual
Melihat sebuah visual tidak
otomatis menjamin bahwa seoarng akan belajar darinya. Para peserta didik harus
dipandu menuju penguraian makna visual yang tepat, salah satu aspek dari
literasi visual adalah kemampuan menafsirkan dan menciptakan makan dari
rangsangan.
·
Efek
perkembangan. Banyak variable mempengaruhi
bagaimana seorang peserta didik menguraikan makna visual. Anak-anak kecil
cenderung menafsirkan gambar lebih harfiah ketimbang anak yang lebih tua
usianya. Anak yang masih kecil ternyata memiliki kesulitan membedakan antara
citra realistik dan objek yang digambarkan citra tersebut (De Loache,
2005).Sebelum mencapai usia 12 tahun anak kecil cenderung menafsirkan visual
bagian perbagian ketimbang secara keseluruhan. Namun para siswa yang lebih tua
usianya cenderung merangkum
pemandangan secara keseluruhan dan menyampaikan
kesimpulan tentang makna gambar tersebut.Karena simbol abstrak atau serangkaian
gambar diam yang hubungannya tidak begitu gamblang mungkin akan gagal ditangkap
maknanya oleh peserta yang lebih muda. Di sisi lain, visual yang sangat
realistic mungkin mengalihkan perhatian kecil yang lebih muda usia.
·
Efek
budaya. Dalam mengajar, kita harus menyadari
bahwa tindakan menguraikan makna visual mungkin dipengaruhi oleh latar belakang
budaya peserta.
Kelompok-kelompok
budaya yang berbeda mungkin memahami bahan-bahan visual dalam cara-cara yang
berbeda. Sebagai contoh, katakanlah intruksi anda menyertakan menggambarka
pemandangan khas dalam kehiduapn di rumah dan jalanan dari anak-anak perkotaan.
Hampir pasti bahwa para siswa yang tinggal di kawasan tersebut akan mengurai makna visual tersebut secara berbeda dibandingkan
dengan siswa yang latar belakang budayanya tidak meliputi pengetahuan langsung
tentang perkotaan.
·
Preferensi Visual.
Dalam memilih visual, para guru harus membuat keputusan yang tepat di antara
beragam visual yang lebih disukai dengan visual yang paling efektif. Sebagian
besar peserta didik lebih suka pada visual yang berwarna daripada visual yang hitam
putih. Tetapi, tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah belajar kecuali
ketika warna dikaitkan dengan konten yang akan. Sebagian besar peserta didik juga lebih
suka pada fotografi daripada
coretan-coretan garis. Meskipun dalam banyak situasi coretan-coretan garis
mungkin menyampaikan makna lebih baik.
Meskipun
banyak peserta didik lebih suka visual sangat realistic daripada representasi abstrak,
para guru harus menerapkan keseimbangan di antara keduanya untuk mencapai
tujuan pengajarannya. Para pembelajar muda usia lebih suka visual yang
sederhana dan siswa yang lebih tua usia lebih menyukai yang lebih kompleks,
tetapi visual yang lebih sederhana biasanya lebih efektif, apa pun kelompok
usianya.Terlepas dari titik awal mereka yang berbeda-beda dan perbedaan dalam
bisa membuat para siswa mengembangkan kemampuan visual mereka dengan cara
menggunakan kemampuan tersebut. Mereka bisa berlatih dengan melihat dan
mengkritik tampilan visual, seperti iklan majalah, dengan berpikir secara kritis
dan membahas acara televisi.
c)
Membuat visual
Aspek
lainnya dari literasi visual adalah pembuatan presentasi visual oleh para
siswa. Seperti halnya menulis yang dapat memacu membaca, memproduksi visual
dapat menjadi cara yang sangat efektif dalam memahami visual.
Perancang
atau guru sebaiknya mendorong siswa untuk menyajikan laporan di depan kelas
dengan secara cermat memilih sekumpulan gambar dari CD atau koleksi online, yang akan membantu mereka
mengembangkan bakat estetis mereka. Perekam kamera video merupakan alat yang
mudah digunakan para siswa untuk mempraktikan penciptaan dan penyajian gagasan
dan peristiwa dalam bentuk gambar.
Para
siswa bisa memindai foto atau gambar ke dalam presentasi buatan- computer
menggunakan peranti lunak presentasi seperti Power Point dan Keynote.Ingatkan mereka untuk selalu mematuhi
panduan hak cipta di semua kegiatan tersebut.Salah satu kemampuan yang hampir
selalu dilibatkan dalam kurikulum pendidikan visual adalah kemampuan
mengurutkan.Spesialis membaca telah lama mengetahui bahwa kemampuan untuk mengurutkanya itu menyusun gagasan dalam
susunan logis merupakan factor yang sangat penting dalam literasi verbal,
terutama dalam kemampuan berkomunikasi dalam menulis.Para siswa mungkin
membutuhkan latihan menyusun visual kedalam urutan logis, yang merupakan
kemampuan yang harus dipelajari, seperti pengurutan verbal dalam membaca dan
menulis.Karena alasan ini, banyak program pendidikan visual, terutama untuk
anak sekolah dasar, menekankan aktifitas kreatif mengharuskan penyusunan dan
pembuatan visual. Sifat mengurutkan dari preszentasi seperti Power Point membantu para siswa
menguasai kemampuan ini (Smaldino, 2012 : 68-72).
2.
Peran Visual DalamInstruksi
Visual bisa memainkan banyak peran
dalam proses belajar, yaitu :
a)
Menyediakan Acuan Konkret bagi Gagasan
Kata-kata tidak tampak atau
bersuara seperti hal-hal yang merekawakili ; tetapi, visual bersifat ikonik yaitu mereka memiliki kemiripan
dengan hal-hal yang mereka wakili. rangkaian kesatuan konkrit-Abstrak
Seperti halnya ikon dilayar computer yang digunakan untuk mewakili hard drive internet anda, atau kontak
sampah ikon dan visual bertindak sebagai
tautan yang lebih mudah diingat bagi gagasan asli. Diruang kelas, guru menggunakan visual
untuk membantu siswa lebih mudah mengingat konten yang sedang diajarkan. contohnya, seorang guru geometri mungkin
membawa sekantong barang-barang toko grosir untuk mengajarkan
bentuk-bentuk, misalnya jeruk = bulatan, kaleng = silinder.
b) Membuat Gagasan Abstrak Menjadi Konkret
Visual dapat membantu menjelaskan sesuatu
yang abstrak menjadi konkrit, misalnya dalam menggambarkan Tuhan yang bersifat
immanent (ada dalam pikiran manusia) dan transenden (diluar pemikiran manusia),
maka guru dapat mengumpamakan seperti sebuah pohon dimana dari tanah sampai
akar merupakan sifat transenden dan dari tanah sampai cabang/daun dianggap
sebagai yang terlihat atau immanent.
c) Memotivasi Peserta didik
Visual bisa meningkatkan keteretarikan pada sebuah mata
pelajaran. Ketertarikan meningkatkan motivasi. Visual bisa memotivasi para peserta
didik dengan menarik perhatian mereka, mempertahankan perhatian mereka, dan
menciptakan keterlibatan dalam proses belajar. Visual memanfaatkan kepentingan
personal para pembelajar untuk menjadikan pengajaran relevan. Sebagai missal,
ketika mengajar mata pelajaran sejarah, tampilkan foto “dahulu” dan “sekarang”.
d) Mengarahkan Perhatian
Gunakan petunjuk visual seperti warna, anak panah atau ikon
untuk memfokuskan perhatian pada
titik-titik penting di dalam konten visual yang kompleks.
e) Mengulangi Informasi
Ketika visual mendampingi informasi
lisan atau tulisan, mereka menyajikan
informasi tersebut dalam modalitas yang berbeda, yang memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk memahami secara visual apa yang mungkin saja mereka lewatkan dalam
format teks.
f) Mengingatkan Kembali PembelajaranSebelumnya
Visual dapat digunakan untuk mengaktifkan pembelajaran
sebelumnya yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Visual bisa digunakan untuk
merangkum dari sebuah pelajaran. Visual-visual ini bisa digunakan pada
permulaan pelajaran berikutnya untuk mengingatkan peserta didik apa yang seharusnya
dipelajari.
g) Mengurangi Usaha Belajar
Visual bisa menyederhanakan informasi yang sulit dimengerti. Diagram memudahkan untuk menyimpan
dan mengambil kembali informasi
tersebut. Sering kali bisa dikomunikasikan lebih mudah dan efektif secara
visual (Mayer & Moreno, 2003). Sebagai seorang guru, anda ingin
menyampaikan pesan anda sedemikian rupa sehingga siswa menghabiskan sedikit
usaha memahami apa yang mereka lihat dan bebas menggunakan sebagian besarusaha
mental mereka untuk memahami pesan itu sendiri (Gambar 3.14). Diakhir bab ini
anda akan belajar beberapa teknik untuk melakukan hal itu.
3.
Jenis-jenis
Visual
Jenis-jenis visual yang
dipilih untuk situasi tertentu sebaiknya bergantung pada tugas belajar. Visual
dapat dibagi menjadi enam kategori, yaitu :
a) Realistik
Visual realistik
menampilkan objek sebenarnya yang sedang dipelajari.Menggunakan warna-warna
alamiah dapat meningkatkan derajat realisme. Tentunya tidak ada representasi
yang benar-benar realistik karena benda atau kejadian yang sebenarnya akan
selalu memiliki aspek yang tidak dapat diperoleh melalui gambar, bahkan dalam
gambar tiga dimensi yang bergerak dan berwarna sekalipun.
b) Analogis
Visual analogis
menyampaikan sebuah konsep atau topik dengan menampilkan sesuatu lainnya dan
menyiratkan kemiripan. Seperti contohnya mengajarkan peserta didik mengenai
konsep Catur Purusa Artha yang menjadi tujuan hidup manusia dengan menampilkan
seseorang yang sedang mengarungi lautan luas (dharma) menggunakan sebuah perahu
(artha) dengan keinginan yang kuat (kama) menuju pulau yang menjadi tujuan
(moksa).
c) Organisasional
Visual organisasional
menampilkan hubungan kualitatif diantara berbagai elemen. Contoh-contoh yang
umum meliputi diagram klasifikasi, time lines, diagram alur dan peta.
d) Relasional
Visual relasional
mengkomunikasikan hubungan kuantitatif. Contohnya seperti diagram batang,
grafik bergambar, diagram kue dan grafis garis.
e) Transformasional
Visual transformasional
menggambarkan pergerakan atau perubahan sesuai dengan waktu dan tempat.
Contohnya seperti diagram beranimasi tentang bagaimana prosedur atau tahapan
dalam membuat sebuah canang atau banten.
f) Interpretif
Visual interpretif
menggambarkan hubungan teoretis atau abstrak. Contohnya yaitu diagram skematik
dari sebuah sirkuit listrik. Visual interpretif membantu para pembelajar
membangun model mental dari kejadian atau proses yang tak terlihat, abstrak
atau keduanya.
C.
Panduan
Perancangan Visual Untuk Materi Yang Efektif
Merancang sebuah visual dimulai dengan pengumpulan atau
pembuatan gambaran individual dan unsur-unsur teks yang ingin
digunakan.Asumsinya adalah seorang guru telah menentukan kebutuhan dan minat
para peserta didik yang terkait dengan topic dan memutuskan tujuan yang ingin
dicapai melalui visual yang sedang direncanakan.
1. Aspek
Dasar
Terdapat
dua aspek dasar atau unsur-unsur yang akan digunakan ketika merancang visual,
yaitu :
a.
Unsur-unsur Visual
Untuk tujuan memberikan informasi dan atau pengajaran,
perangcang visual mencangkup :
·
Pengaturan
Pertama
yang harus ditentukan adalah unsur-unsur yang akan disertakan dalam visual
untuk kemudian dipertimbangkan tampilan keseluruhannya. Jadi, seorang pendidik
akan menentukan pola dasar yang memungkinkan mata peserta didik akan terus
mengikuti tampilan visual.
·
Perataan
Tempatkan
unsur-unsur utama di dalam satu visual sehingga mereka memiliki hubungan visual
yang jelas satu sama lain. salah satu caranya adalah membuat perataan seperti
garis-garis imajiner yang parallel dengan tepian tampilan. Peserta didik akan
memandang unsur-unsur tersebut sebagai satu kesatuan ketika ujung dari
unsur-unsur tersebut sama rata pada garis horizontal atau vertical (gambar 1)
·
Bentuk
Cara lainnya untuk menyusun unsur-unsur visual adalah menyatukannya
dalam sebuah bentuk yang telah akrab bagi peserta didik. Gunakanlah pola yang
menarik dan gambar geometri yang sederhana seperti lingkaran, segitiga atau persegi
akan menyediakan kerangka kerja yang mudah dipahami karena bentuknya mudah
ditebak. Bentuk-bentuk yang menyerupai huruf alfabetis juga seringkali
digunakan sebagai pola dasar dalam tata letak tampilan seperti huruf Z, L, T
dan U. Mengenai kata-kata yang akan digunakan secara tidak langsung akan menjadi
bagian dari bentuk itu juga
·
Aturan sepertiga
Menurut
aturan sepertiga, yaitu unsur-unsur yang tersusun di sepanjang garis yang
membagi visual menjadi tiga bagian berdasarkan pentingnya dan kecemerlangannya.
·
Kedekatan
Peserta
didikakan menganggap baik unsur-unsur yang berdekatan akan saling berkaitan
sedangkan yang terpisah jauh tidak memiliki kaitan. Terlebih apabila posisi
gambar berjauhan dengan kata, maka para pembaca akan kebingungan memahami isi
tampilan
·
Pengarah
Peserta
didik akan memindai sebuah tampilan dengan perhatian mereka yang berpindah dari
satu bagian ke bagian yang lainnya. Jika seorang guru ingin menampilkan visual
dalam urutan tertentu, bisa menggunakan pengarah yang akan mengarahkan
perhatian seperti anak panah dan untuk teks sebaiknya menebalkannya atau
menggunakan butir-butir (bullets).
·
Kontras sosok dan latar
Unsur-unsur yang penting terutama kata-kata, harus berada dalam
kontras yang baik dengan latar belakang. Aturan sederhananya adalah bahwa sosok
gelap akan baik terlihat pada latar belakang bercahaya sedangkan sosok terang
akan baik terlihat pada latar belakang gelap
·
Konsistensi
Serangkaian
visual seperti slide power point akan lebih baik disusun dengan konsisten. Saat
peserta didik menyimak serangkaian visual, secara tidak sadar mereka akan
membentuk sekumpulan aturan informasi yang akan muncul dalam tampilan. Semakin
sering penyusunannya konsisten, maka semakin mudah untuk dimengerti. Caranya
adalah tempatkan unsur-unsur yang sama dalam lokasi yang sama, menggunakan teks
yang sama untuk judul utama dan menggunakan skema warna yang sama di sepanjang
serangkaian tampilan.
·
Keseimbangan
Sebuah
perasaan kesamarataan psikologis atau keseimbangan tercapai ketika berat
unsur-unsur dalam sebuah tampilan secara merata tersebar pada tiap sisi.Dalam
sebagian presentasi, untuk visual keseimbangan yang mampu memikat para pembaca,
keseimbangan informal lebih disukai karena terlihat lebih dinamis dan menarik
daripada keseimbangan formal
·
Warna
Dalam memilih sebuah skema warna untuk visual, maka perlu
memperhatikan keharmonisan warna.Kesalahan yang seringkali dilakukan oleh
perancang visual yaitu memadukan dua warna tanpa perhitungan misalnya
menempatkan huruf berwarna hijau dengan latar belakang merah. Ada dua kesan
yang akan muncul, yang pertama, jika warna-warna tersebut memiliki kegelapan
yang sama, huruf tersebut tidak akan memiliki kontras sosok latar yang baik.
yang kedua, ketika dua warna yang jenuh atau terlalu tua diletakkan langsung
berdekatan satu sama lain, maka mata tidak akan bisa focus pada keduanya pada
waktu bersamaan. Kedua hal ini akan memunculkan efek yang tidak menyenangkan
Pett
dan Wilson (1996) memberikan alasan untuk penggunaan warna dalam pengajaran,
yaitu :
·
Untuk menambahkan realitas
·
Untuk membedakan antara unsur-unsur sebuah
visual
·
Untuk memfokuskan perhatian pada isyarat-isyarat
yang relevan
·
Untuk mengkodekan dan mengaitkan secara logis
unsur-unsur yang berkaitan
·
Untuk menarik perhatian dan menciptakan rspons
emosional
Selain
itu, pett dan Wilson juga memberikan saran-saran dalam menggunakan warna, yaitu
:
·
Konsisten dengan pilihan warna umum di seluruh
material
·
Gunakan warna yang sangat jenuh untuk material
yang ditujukan pada anak-anak kecil
·
Perhatikan makna-makna warna yang diterima,
mislanya merah dan kuning bermakna hangat, hijau dan biru bermakna sejuk dan
sebagainya
·
Perhatikan makna-makna para siswa dari berbagai
latar belakang budaya berbeda lekatkan pada warna. Seperti contoh di Negara
Barat, warna hitam merupakan warna berkabung, sedangkan di Cina dan Jepang,
warna putih yang dipandang sebagai warna berkabung.
Jadi,
dalam slide presentasi sebaiknya menggunakan warna yang jelas dibaca terutama
untuk teks dengan latar belakang, agar pandangan pembaca lebih jelas dan mudah
dimengerti, misalnya warna hitam pada teks yang dikombinasikan pada latar yang
berwarna kuning atau warna-warna yang sejuk.
·
Legibilitas
Legibilitas
artinya sifat yang mudah dibaca. Sebuah visual tentu akan lebih mudah dipahami
jika seluruh peserta bisa melihat kata-kata dan gambar yang disajikan. Walaupun
dalam ruangan yang cukup besar, pastikan visual yang ditampilkan dapat dibaca
oleh seluruh peserta hingga bagian belakang ruangan.Jika masih terasa kurang
jelas, maka perancang atau presenter dapat meningkatkan ukuran, jenis huruf
atau kontras warna.Selain itu, perancang atau guru tidak hanya sekedar
memperhatikan slide yang ditampilkan karena pesan yang disampaikan dapat pula
berupa materi cetakan.
·
Menarik
Sebuah
visual akan mendapat perhatian dari peserta apabila visual yang ditampilkan
menarik bahkan sampai slide terakhir. Terdapat beberapa teknik untuk
menghasilkan daya tarik yaitu gaya, kejutan, tekstur dan interaksi. Peserta
yang berbeda dan situasi yang berbeda juga membutuhkan gaya desain yang berbeda
pula. Untuk terlihat menarik perancang atau guru dapat menampilkan sesuatu yang tidak biasa atau kombinasi kata
dan gambar yang tak serasi, pengaturan warna yang tak biasa serta perubahan
ukuran yang dramatis. Peserta akan terus menyimak selama mereka mendapatkan
stimulus baru dari setiap slidenya sedangkan mereka akan beralih perhatian
apabila slide yang ditampilkan terkesan monoton
b. Unsur-Unsur
Teks
Selain visual, sebagian besar tampilan menyertakan informasi
tekstual. Perancang harus benar-benar memperhatikan huruf yang akan
diaplikasikan sehingga pesan dapat dibaca dari segi ukuran dan spasinya.
·
Gaya
Gaya
dari teks seharusnya konsisten dan selaras dengan unsur-unsur visual lainnya.
Seringkali perancang menggunakan banyak ragam model ketikan seperti yang telah
tersedia di computer, tetapi sesungguhnya yang terbaik adalah membatasi jumlah
keragaman tersebut (misalnya tebal, miring, garis bawah, perubahan ukuran teks
atau jenis teks), maksimum sebanyak empat macam dan dua gaya ketikan. Perancang
disarankan untuk menggunakan ketikan model Sans Serif yaitu Arial atau Times
New Roman.
·
Ukuran
Ukuran
yang digunakan dlam tampilan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi peserta dan
ruangan agar mudah terbaca oleh peserta yang duduk di urutan paling belakang.
·
Spasi
Penentuan
spasi disesuaikan dengan huruf yang ditampilkan sehingga apa yang terlihat rata
bagi mata. Sedangkan untuk baris-baris teks seharusnya tidak terlalu rapat atau
terlalu renggang.Untuk sebuah media yang baik, spasi vertical diantara
baris-baris sebaiknay kurang dari tinggi rata-rata huruf kecil semua.
·
Penggunaan Huruf Besar
Untuk
mempermudah bacaan pada tampilan, gunakan huruf kecil dan menambahkan huruf
besar hanya ketika dibutuhkan.Untuk judul utama yang singkat dapat menggunakan
huruf besar.
2. Membuat
Gambar
a. Perencanaan
Seorang perancang atau guru yang sedang merencanakan
serangkaian visual misalnya OHP, slide power point atau layar computer, maka
pembuatan storyboard akan dirasa cukup membantu. Teknik ini dipinjam dari
teknik pembuatan film dan video, yaitu secara kreatif menyusun ulang
keseluruhan urutan sketsa kecil-kecil. Dalam pembuatannya dapat menggunakan
sebuah kertas atau slide untuk menampung beberapa rancangan sketsa yang akan
ditampilkan.
b. Merancang
sebuah visual dengan computer
Sebagian besar program grafis computer berisi ratusan bahkan
ribuan model ketikan dan gambar-gambar clip art seperti KidPix, iWorks,
Photoshop dan Adobe Illustrator. Dengan peranti lunak grafis presentasi seperti
Microsoft PowerPoint atau Apple Keynote, para pengguna tanpa pelatihan grafis
khusus dapat menciptakan tampilan grafis dalam bentuk yang cocok.
Diantara jenis-jenis piranti lunak grafis yang tersedia
adalah :
·
Program presentasi yaitu peranti lunak khusus
yang mempermudah pembuatan slide setransparan OHP gambar yang menggabungkan
teks, data dan visual.
·
Program menggambar dan mewarnai yaitu
memungkinkan pengguna untuk menggambar bentuk-bentuk geometri.
·
Program pendiagraman yaitu digunakan untuk
membuat diagram, grafis atau laporan dari data spreadsheet numeric.
·
Program peningkatan foto yaitu memungkinkan
manipulasi warna dan menggunakan efek khusus untuk mengubah foto.
·
Program desktop publishing yaitu menggabungkan
fitur-fitur dari banyak metode lainnya untuk menciptakan produk-produk canggih
seperti newsletter, laporan dan buku.
c. Membuat
grafis presentasi
Panduan untuk membuat grafis presentasi menggunakan peranti
lunak seperti powerpoint atau keynote :
·
Pilihlah jenis huruf, ukudan dan warna secara
cermat. Huruf sans serif (Arial dan Times New Roman) akan lebih mudah dibaca
dengan ukuran 24 atau lebih besar sesuai kondisi peserta. Penggunaan huruf
kecil dan besar digunakan dengan tepat sesuai teks dan untuk masalah warna arna
teks sebaiknya kontras dengan warna latar belakang.
·
Gunakan background atau latar belakang yang
polos dan berwarna cerah. hindari penggunaan background berupa wallpaper yang
ramai karena dapat mengalihkan perhatian peserta. Sebagian besar peserta akan
menganggap teks yang gelap pada background yang terang akan lebih mudah dibaca
dibandingkan teks yang terang pada latar belakang yang gelap.
·
Letakkan judul di tengah atau kiri di puncak
slide. Untuk membantu peserta mengikuti presentasi, guru dapat pula menggunakan
judul dan subjudul deskriptif di puncak setiap slide.
·
Gunakan komunikasi yang singkat artinya
menggunakan kata seminimum mungkin pada setiap slide agar. Jika menginginkan
lebih banyak kata maka dapat menggunakan slide kedua.
·
Gunakan sebuah template untuk membuat format
visual yang konsisten. Ini memungkinkan perancang membuat sebuah presentasi
yang seluruh slidenya menampilkan visual yang sama dengan warna latar balakang
yang sama pula.
·
Gunakan slide induk untuk membuat format teks
yang konsisten. Slide induk memungkinkan perancang menempatkan teks pada jenis
huruf spesifik di posisi yang sama di setiap slide.
·
Kurangi menyelipkan gmabar-gambar yang bisa
mengalihkan mata peserta seperti lonceng, peluit atau pizza. Hal ini justru
akan terkesan berlebihan dan tidak substantif.
·
Pergunakalnah gambar yang sesuai dan relevan
dengan konten yang dibawakan. Pilih atau buatlah grafik yang secara efektif
mampu mengkomunikasikan pesan yang disampaikan.
·
Pergunakanlah transisi yang konsisten atau
proses bergantinya satu slide ke slide berikutnya. Sebaiknya hindari transisi
acak dan suara berisik yang muncul dari efek audio dari transisi.
·
Gunakan dengan cermat animasi untuk mendukung
pesan pengajaran dibandingkan menambahkan efek dramatis ke dalam presentasi.
Animasi yang terlalu berlebihan akan membuat pembaca justru lebih lama membaca
teks dan memahami teks yang disampaikan karena perhatian akan tertuju pada
animasi.
·
Mengurangi penggunaan suara dalam slide seperti
suara berdecit atau suara penghitungan uang yang justru akan menghilangkan
konsentrasi peserta. Pergunakanlah suara jika memang diperlukan dan untuk
mendukung presentasi.
·
Jika diperlukan, perancang atau guru dapat
menyelipkan catatan kaki untuk mengidentifikasi slide. Catatan kaki
memungkinkan perancang menjelaskan bagian bawah slide dengan nama, topic
presentasi atau tanggal pembuatan presentasi.
D.
Kelebihan
dan Kelemahan Media Visual
Alat bantu visual bertujuan untuk:
- Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas pengertian atau konsep yang abstrak kepada siswa.
2. Mengembangkan
sikap-sikap yang dikehendaki.
3. Mendorong
kegiatan siswa lebih lanjut.
Konsep pngajaran visual
didasarkan atas asumsi bahwa pengertian-pengertian yang abstrak dapat disajikan
lebih konkret.Pengongkretan pengajaran visual sampai sekarang masih tetap
berguna. Di samping itu, gerakan pengajaran visual memperkenalkan dua macam
konsep pemikiran lainnya yang masih dipakai, yaitu: pertama, pentingnya
pengelompokan jenis-jenis alat bantu visual yang dipakai dalam kegiatan
instruksional; kedua, perlunya pengintegrasian bahan-bahan visual ke dalam
kurikulum sehingga penggunaannya tidak terpisahkan (integrated teaching
materials).
Ada beberapa kelemahan
sehubungan dengan gerakan pengajaran visual itu, antara lain :
1. Terlalu menekankan
bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan
lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan
pengelolaan bahan-bahan visual.
2. Bahan
visual di pandang sebagai “alat bantu” semata-mata bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan-pelajaran dan alat bantu
tersebut diabaikan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dengan menggunakan
media visual secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
Sehingga menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung antara
siswa, lingkungan, kenyataan, dan memungkinkan siswa untuk belajar sesuai
dengan minat dan kemampuannya.Penggunaan media visual dalam pembelajaran dapat
membantu anak dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan
media visual pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang
abstrak menjadi lebih konkrit.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat
penulis sampaikan yaitu bagi perancang visual dalam hal ini tenaga pendidik
atau guru sebaiknya memperhatikan kondisi, materi serta peserta didik yang akan
diberikan presentasi. Dalam perancangan sudah sepatutnya mengikuti aturan yang
telah ada sehingga visual yang ditayangkan mampu membawa pesan seutuhnya dan
dapat mudah dipahami oleh peserta didik.Untuk itu diperlukan kecermatan serta
kreatifitas dari perancang guna menciptakan materi yang dibawakan lebih
efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Assyad, Ahmad. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta Pt.
Rajagrafindo Persada
Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Smaldino, Sharon E. 2012. Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta :
Kencana
Sudjana, Nana dan Rivai Ahman. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung. Sinar Baru
Algensindo.
Sudarsana,
I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN
AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus
Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.
Sudarsana,
I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN
SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari
2015), 1-14.
Sudarsana,
I. K. (2016). DEVELOPMENT MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE
SPIRITUAL VALUES OF HINDU YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2),
217-230.
Sudarsana,
I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING:
POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di
Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.
0 komentar:
Posting Komentar