STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN
DENGAN MEMADUKAN TEKNOLOGI DAN MEDIA
Oleh
:
I Made Guna Yasa (
15.1.2.5.2.0837 )
I Made Pasek Gelgel
Sukerna ( 15.1.2.5.2.0838 )
I Wayan Juniartha ( 15.1.2.5.1.0840 )
I Gusti Putu Agung Merta
Wibawa ( 15.1.2.5.2.0844 )
Ni Wayan Ria Lestari (
15.1.2.5.2.0850 )
Ni Gusti Ayu Ketut Mas
Puspitasaridewi ( 15.1.2.5.2.0853 )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta
didik (siswa) dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran mengunanakan suatu sistem kombinasi tersusun, yang
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saliang mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Zainal, 2002:41). Dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan yang maksimal dan merata, pengunaan teknologi dan
media dalam kegiatan pengajaran sangat diperlukan dan memiliki peranan yang
sangat penting.
Perkembangan teknologi dan media yang
semakin marak mempermudah manusia untuk melakukan segala aktivitasnya, sehingga
belakangan ini teknologi memberikan efek besar bagi para penggunanya. Seiring
dengan hal tersebut, kini teknologi merambah ke dunia pendididkan. Para
pendidik di era modern ini memanfaatkan teknologi dan media dalam proses
pembelajaran menjadi hal yang sangat penting. Penguasaan berbagai ilmu
pengetahuan, disamping akan menumbuhkan kreatifitas bagi pendidik dan proses
pembelajaran juga akan minciptakan kondisi pempelajaran yang menyenangkan.
Teknologi pembelajaran awalnya di
pandang sebagai teknologi yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan
sarana dengan menggunakan alat bantu.
Namun, kini teknologi pembelajaran merupakan teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk
belajar. Dalam aktivitas pendidikan, sudah tidak asing lagi para
pendidik yang mengunakan strategi dalam pembelajaran dengan memadukan antara
teknologi dan media. Januszewski dan Molenda, (2008:1), mengemukakan teknologi
pendidikan adalah kajian dan praktek etis untuk memfasilitasi belajar dan dan
memperbaiki kinerja dengan menciptakan, mengunakan, dan mengelola proses dan
sumber teknologi yang sesuai. Sedangkan media pengajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses
pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai
strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media secara terperinci.
Apakah pengertian strategi pengajaran yang memadukan teknologi dan media,
faktor-faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam strategi pengajaran
dengan memadukan teknologi dan media, serta bagaimanakah strategi-strategi
pengajaran dengan memadukan teknologi dan media.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian strategi pengajaran yang memadukan
teknologi dan media?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam
strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media?
3. Bagaimanakah strategi-strategi pengajaran dengan memadukan
teknologi dan media?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk menjelaskan pengertian strategi
pengajaran.
2. Mengetahui faktor-faktor
apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam strategi pengajaran dengan memadukan
teknologi dan media.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah
strategi-strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Strategi Pengajaran
Istilah strategi berasal
dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha
untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan. Isilah strategi ini, selanjutnya
digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk
diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi
pembelajaran. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Syaiful Bahri
1995:5). Menurut teori belajar, Zainal (2002:41) mengemukakan pengajaran dapat
didefinisikan sebagai berikut : 1) pengajaran merupakan usaha menyampaikan
pengetahuan kepada peserta didik atau siswa; 2) pengajaran adalah mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Selanjutnya
adapaun pengertian strategi pembelajaran menurut beberapa ahli :
1. Gerlach dan Ely,
Strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
2. Dick dan Carey, Strategi
pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas
sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur
pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
3. Hamzah B. Uno, Strategi
pembelajaran adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa strategi pengajaran
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi
pelajaran, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan strategi pengajaran
yang memadukan teknologi dan media, Januszewski dan Molenda, (2008:1),
mengemukakan teknologi pendidikan adalah kajian dan praktek etis untuk
memfasilitasi belajar dan dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan,
mengunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang sesuai. Seadangkan
media pengajaran atau pendidikan adalah segala bentuk peralatan fisik
komunikasi berupa hardware dan sofwere merupakan bagian kecil dari teknologi
pembelajaran yang harus diciptakan (didesain dan dikembangkan), digunakan, dan
dikelola (dievaluasi) untuk kebutuhan pembelajaran dengan maksud untuk mencapai
efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Oleh Karena itu media
pembelajaran sebagai peralatan fisik tidak sama dengan teknologi pembelajaran
sebagai suatu disiplin ilmu (Simak Yaumi & Syafei, 2012), Media &
Teknologi dalam Pembelajaran. Fak. Tarbiyah UIN Alauddin, Modul 1).
Berdasarkan semua urauian di atas,
setrategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media dapat dijelaskan
sebagai segala bentuk kajian dan praktek etis yang mengunakan peralatan fisik
komunikasi berupa hardware dan sofwere untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki
kinerja dengan menciptakan, mengunakan, dan mengelola proses dan sumber
teknologi yang sesuai. Dalam menentukan strategi pengajaran dengan memadukan
teknologi dan media dalam aktivitas pembelajaran tentunya harus mempertimbangkan
berbagai factor, karena mengingat
penggunaan teknologi yang berpengaruh memungkinkan terhadap kecepatan
transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Selain itu, hal ini akan
mempengaruhi hasil belajar siswa, usia siswa dan juga kenyamanan menerapkan
strategi yag digunakan. Maka bagi pendidik harus selektif pada pilihannya dan
menggunakan berbagai pendekatan yang
membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
2.2
Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Strategi Pengajaran Yang Memadukan Teknologi
dan Media.
Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam penerapan
strategi pengajaran yang memadukan teknologi dan media, yang diantaranya adalah
pusat setrategi pengajaran, tahapan-tahapan literasi teknologi, serta pemilihan
media.
2.2.1
Pusat Strategi Belajar
Pusat strategi pengajaran dibagi menjadi dua
kelompok yaitu berpusat pada
guru, yang diarahkan secara spesifik oleh guru, dan berpusat pada siswa, yang
berorientasi untuk memenuhi kebutuhan para siswa. Dalam kedua kelompok
tersebut, guru merupakan kunci bagi perancangan pengajaran. Yang menjadi perbedaan adalah fokus atau orientasi dari
strategi tersebut.
1. Strategi yang berpusat pada guru
Strategi yang berpusat pada guru, dimana seorang guru menjadi
pusat dan sumber belajar dalam proses pembelajaran. Guru bertindak
mengarahkan fokus, bertindak mengarakan belajar melalui cara-cara yang
mengandung tujuan. Seringkali strategi pembelajaran ini dikenal dengan istilah teacher based
learning. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami
guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
bagi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar sama pentingnya dengan
komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.
2. Strategi yang berpusat pada siswa
Strategi yang berpusat pada siswa fokus
pada siswa yang memimpin yang mengarahkan pada stuasi belajar. Guru masih bertanggungjawab atas
perencanaan dan pengembangan mata pelajaran yang fokus pada siswa yang di pusat
pembelajaran. Peran guru beralih menjadi fasilitator belajar, seringkali strategi yang dilakukan dengan
bekerjasama, individual, kelompok kecil
dan membantu para siswa untuk fokus pada pencapaian hasil yang diinginkan.
2.2.2
Tahap-Tahap Literasi Teknologi
Adapun tahapan literasi
teknologi pada berbagai tingkatan kelas atau umur, berdasarkan International
Society for Technology in Education (ISTE) tahun 2007 adalah sebagai berikut :
- Kelas
TK-Kelas II (umur 4-8), para peserta didik
diharapkan menguasai bebarapa kemampuan pengunaan teknologi, diantaranya :
1.
Mengilustrasikan dan mengkomunikasikan
ide dan narasi original dengan menggunakan alat digital dan sumber daya media
yang beragam.
2.
Mengidentifikasi, melakukan penelitian,
dan mengumpulkan data tentang lingkungan dengan menggunakan sumber daya digital
dan mengusulkan solusi yang sesuai dengan tahap perkembangan.
3.
Terlibat dalam aktivitas belajar dengan
murid dari berbagai budaya melalui email dan sarana elektronik lainnya.
4.
Menggunakan berbagai teknologi untuk
menghasilkan presentasi atau produk digital dalam bidang kurikulum kelompok
kerja kolaboratif.
5.
Mencari dan mengevaluasi informasi yang
berkaitan dengan kondisi saat ini atau sejarah atau peristiwa penemuan dengan
menggunakan sumber daya digital.
b. Kelas 3-5 (umur 8-11)
1.
Menghasilkan narasi dengan menggunakan
alat digital dan sumber daya media yang beragam dalam peristiwa yang signifikan
berdasarkan wawancara orang pertama.
2.
Menggunakan teknologi pencitraan digital
untuk memodifikasi atau membuat karya seni untuk presentasi digital.
3.
Mengenali bias sumber daya digital
ketika meneliti lingkungan dengan bimbingan dari guru.
4.
Memilih dan menerapkan alat-alat digital
untuk mengumpulkan, mengatur, dan menganalisis data dalam rangka mengevaluasi
teori atau menguji hipotesis.
5.
Mengidentifikasi dan menyelidiki isu
global serta menghasilkan solusi yang mungkin dengan menggunakan alat dan
sumber daya digital.
c. Kelas 6-8 (umur 11-14)
1.
Menjelaskan dan mengilustrasikan terkait
konsep atau proses yang menggunakan perangkat lunak model, simulasi, atau pemetaan.
2.
Membuat animasi atau dokumentasi video
sekolah, komunitas.
3.
Mengumpulkan data dan memeriksa pola,
dan menerapkan informasi untuk pengambilan keputusan dengan menggunakan alat
dan sumber daya digital.
4.
Berpartisipasi dalam proyek pembelajaran
kooperatif dan komunitas pembelajaran online.
5.
Mengevaluasi sumber daya digital untuk
menentukan kredibilitas penulis, penentu ketepatan waktu, dan akurasi konten.
d. Kelas 9-12 (umur 14-18 keatas)
1.
Mendesain, mengembangkan, dan menguji
permainan pembelajaran digital yang menunjukkan pengetahuan dan keterampilan
yang berkaitan dengan isi kurikulum.
2.
Membuat dan mempublikasikan galeri seni
online dengan contoh dan komentar yang menunjukkan pemahaman tentang waktu
sejarah, pengenalan budaya dan Negara yang berbeda.
3.
Memilih alat atau sumber daya digital
yang akan digunakan untuk tugas dunia nyata dan memberikan pertimbangan atas
dasar efisiensi dan efektivitas.
4.
Menggunakan simulasi kurikulum sfesifik
untuk melatih proses berpikir kritis. Mengidentifikasi isu global yang kompleks,
mengembangkan rencana penyelidikan sistematis, dan menyajikan solusi
berkelanjutan yang inovatif.
2.2.3 Prinsip- prinsip pemilihan dan penggunaan
Media
Wina
Sanjaya (2008:224-228) mengemukakan prinsif-prinsif pemilihan dan pengunaan
media dalam perencanaan dan desain sistem pembelajaran dengan memadukan
teknologi dan media sangat diperlukan, agar nantinya melaui pemilihan dan
penggunaan media yang tepat akan
memperlancar aktivitas pengajaran. Adapun prinsif-prinsif pemilihan dan
penggunaan media yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Prinsip Pemilihan Media
Ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pemilihan media, di antaranya:
a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Apakah tujuan tersebut bersifat kognitif, afektif, atau
psikomotor. Perlu dipahami tidak ada satu pun media yang dapat dipakai cocok
untuk semua tujuan. Setiap media memiliki karakteristik tertentu, yang harus
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemakaiannya.
b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas.
Artinya pemilihan media tertentu bukan didasarkan kepada kesenangan guru atau
sekedar selingan dan hiburan, melainkan harus menjadi bagian integral dalam
keseluruhan proses pembelajaran untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran siswa.
c. Pemilihan media harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa. Ada media yang cocok untuk sekelompok siswa, namun tidak
cocok utnuk siswa lain.
d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar
siswa serta gaya dan kemampuan guru. Oleh sebab itu, guru perlu memahami
karakteristik serta prosedur penggunaan media yang dipilih.
Selain pertimbangan di atas, utnutk
memilih media dapat menggunakan pola yang lain. Sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata
ACTION, yaitu akronim dari : acces, cost,
technology, interactivity, organization, dan Novelty. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan sebagai berikut :
a.
Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan
pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia,
mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan
media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran untuk
koneksi internet? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid
diizinkan untuk menggunakannya?
b.
Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan.
Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media canggih biasanya
mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaatnya.
Semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakain
menurun.
c.
Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada
satu meida tertentu. Tetapi kita perlu perhatikan apakah teknologinya trsedia
dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan audiovisual di
kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada jaringan listrik, apakah voltase
listriknya memadai?
d.
Interactivity
Media yang abaik adalah yang dapat
memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan
pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai
dengan pembelajaran tersebut.
e.
Organization
Pertimbangan yang juga penting
adalah dukungan organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah mendukung?
Bagaimana pengorganisasiannya?
f.
Novelty
Kebaruan dari media yang anda pilih
juga harus menjadi pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan
lebih menarik bagi siswa.
2.
Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus
diperhatiakan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajarkan adalah
bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya
memahami materi pelajaran. Dengan demikian, pengguaan media harus dipandang
dari sudut kepentingan guru. Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan
ajar yang akan diajarkan, maka guru mempersiapkan media OHT (over hoad
transpanrasi), dan oleh sebab OHT digunakan untuk kepentingan guru, maka
transparansi tidak didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media
pembelajaran, melainkan seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada
transparan hingga menyerupai koran.
Kejadian lain yang sering terjadi
adalah ketika guru menggunakan media film atau melakukan karyawisata. Oleh
karena media yang digunakan tidak diarahkan untuk mempermudah belajar, maka
baik film maupun karyawisata sering hanya dijadikan sebagai media hiburan saja.
Agar media pembelajaran benar-benar
digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya :
a.
Media yang akan
digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak
semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan
tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai
b.
Media yang akan
digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran
memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus sesuai
dengan kompleksitas materi pembelajaran. Contohnya, untuk membelajarkan siswa memahami
pertumbuhan penduduk di Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik
yang mencerminkan pertumbuhan itu.
c.
Media
pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa
yang memiliki kemempuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami
pelajaran maakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga
sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan sulit
menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa
memiliki kemampuan dan agay yang berbeda-beda. Guru perlu memperhatikan setiap
kemampuan dan gaya tersebut.
d.
Media yang
digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efisien. Media yang memerlukan
peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencari tujuan tertentu.
Demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai.
Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas penggunanya.
e.
Media yang
digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya. Sering
media yang kompleks terutama media-media mutakhir seperti media computer dan
media elektronik memerlukan kemampuan khusus dalam mengoprasikannya. Oleh
karena itulah, sebaiknya guru mempelajari dahulu bagaimanamengoperasikan dan
memanfaatkan media yang akan digunakan. Hal ini perlu ditekankan, sebab sering
guru melakukan kesalahan-kesalahan yang prinsip dalam menggunakan media
pembelajaran yang pada akhirnya pengguanaan media bukan menambah kemudahan
siswa belajar, malah sebaliknya mempersulit siswa belajar.
2.3 Strategi-Strategi Pengajaran Dengan Memadukan
Teknologi dan Media
Strategi pengajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta
didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam
menentukan strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media, dalam
pembelajaran tentunya harus mempertimbangkan berbagai faktor karena mengingat
penggunaan teknologi dan media yang berpengaruh memungkinkan kecepatan
transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Selain itu, akan mempengaruhi hasil
belajar siswa, usia siswa dan juga kenyamanan menerapkan strategi yang
digunakan. Maka bagi pendidik harus selektif pada pilihannya dan menggunakan
berbagai pendekatan yang membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar
yang diharapkan. Syaiful Bhari (2005:126) mengemukakan beberapa strategi pengajaran dengan memadukan
teknologi dan media yang dapat dilakukan pada aktivitas pembelajaran, diantaranya
dengan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktik, tutorial, diskusi, belajar
kooperatif, permainan, simulasi, penemuan dan penyelesaian masalah. Berikut ini adalah beberapa strategi
pengajaran yang didukung dengan teknologi dan media selama proses pembelajaran
berlangsung.
1. Presentasi
Dalam sebuah presentasi, sebuah sumber
menyajikan atau menyebarkan informasi kepada pembelajar. Komunikasi dikendalikan oleh sumber dengan
respons segera atau interaksi dengan pembelajar. Ketika guru menyajikan
pembelajaran dengan presentasi, mereka
akan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk para siswa atau para siswa yang bertanya ketika bahan pengajaran sedang disajikan. Karena itu
maka akan timbul interaksi antara keduanya dan guru bisa memilih untuk mengendalikan interaksi di dalam presentasi. Sumber
yang didapatkan bisa melalui buku, internet, video, rekaman audio dan lain
sebagainya.
a. Kelebihan :
- Menyajikan
hanya sekali, menyajikan informasi sekali saja bagi seluruh siswa.
- Strategi
mencatat, siswa bisa mencatat untuk menangkap informasi yang disajikan.
- Sumber
informasi, sumber daya teknologi, dan media bisa bertindak sebagai sumber
informasi
berkualitas.
- Presentasi
siswa, para siswa bisa menyajikan informasi yang telah mereka pelajari.
b.
Kekurangan :
- Sulit bagi
beberapa siswa, karena
tidak seluruh siswa merespons dengan baik.
- Berpotensi
membosankan, tanpa interaksi presentasi bisa menjadi sangat membosankan.
- Kesulitan
mencatat, para siswa harus belajar mencatat hal-hal penting dari
presentasi.
- Kesesuaian
umur, siswa yang berusia lebih muda mungkin mengalami kesulitan mengikuti presentasi
yang panjang.
Presentasi
tidak selalu harus berupa guru di depan kelas memberi pengajaran. Para siswa
bisa melihat video yang memberikan informasi yang mereka butuhkan tentang
topik, dan bisa meliputi tampilan yang menarik tentang bidang studi tersebut.
Bisa mengarahkan audio kedalam teks untuk mengarahkan pembelajaran siswa. Guru
bisa langsung mengarahkan siswa di dalam kelas, menggunakan sumber daya seperti
papan putih untuk catatan, transparan OHP atau slide power point.
2. Demonstrasi
Dalam sebuah demonstrasi, para
pemelajar melihat contoh nyata dari sebuah keterampilan atau prosedur untuk
dipelajari. Demonstrasi mungkin direkam dan diputar ulang melalui sarana media
seperti video. Jika ingin interaksi dua arah, maka diperlukan tutor yang hadir secara
langsung.
a. Kelebihan
:
·
Melihat sebelum melakukan, para siswa
melihat sesuatu dikerjakan sebelum mereka melakukannya sendiri.
·
Panduan tugas, guru bisa memandu
sekelompok siswa untuk menyelesaikan sebuah tugas.
·
Penghematan suplai, suplai yang
terbatas diperlukan karena tidak semua orang akan menangani beberapa material.
·
Keamanan, demonstrasi memungkinkan guru
mengendalikan potensi bahaya bagi para siswa ketika menggunakan benda-benda
tajam atau mesin yang berbahaya.
b. Kekurangan :
·
Tidak langsung dikerjakan, demonstrasi
bukan merupakan pengalaman langsung dikerjakan bagi siswa kecuali mereka ikut
mengerjakannya saat guru memperlihatkan tahapan atau keterampilannya.
·
Pandangan yang terbatas, setiap siswa
tidak memiliki pandangan yang setara terhadap demonstrsi, sehingga beberapa
siswa mungkin melewatkan beberapa aspek pengalaman tersebut.
·
Masalah mengikuti, tidak semua siswa
bisa mengikuti demonstrasi ketika hanya satu tahapan tunggal yang digunakan.
Guru bisa menyiapkan video demonstrasi
di depan kelas, guru juga bisa memanfaatkan benda aktual untuk demonstrasi. Seperti cara melaksanakan Tri
Sandya, guru bisa menampilkan video ataupun seorang guru mempraktikan cara Tri Sandya terhadap siswa.
3. Latihan dan Praktik
Dalam latihan dan praktik, para pembelajar
dibimbing melewati serangkaian latihan praktis yang dirancang untuk menyegarkan
kembali atau meningkatkan penguasaan pengetahuan konten spesifik atau sebuah keterampilan
baru.
a. Kelebihan
:
·
Umpan balik untuk memperbaiki. Para
siswa mendapatkan umpan balik sebagai tindak perbaikan atas respons mereka.
·
Memisah-misah informasi. Informasi
disajikan dalam potongan kecil.
·
Praktik yang telah terbentuk. Praktik
dibentuk menjadi potongan-potongan kecil informasi.
b. Kekurangan :
·
Repetitif. Tidak semua siswa merespons
dengan baik sifat repetitif dari latihan dan praktik.
·
Berpotensi
membosankan. Para siswa bisa menjadi bosan kaarena terlalu banyak pengulangan.
·
Potensi belajar. Jika siswa melakukan
kesalahan yang sama, penerapan latihan dan praktik tidak membantu siswa dalam
belajar.
Latihan dan praktik biasanya
digunakan untuk mata pelajaran matematika, belajar bahasa ataupun untuk
mengembangkan bahasa asing. Media dan sistem pengajaran biasanya bagus
diterapkan untuk media latihan dan praktiknya. Seperti kaset audio,
kartu flash, dan worksheet dapat digunakan secara efektif untuk latihan dan
praktik, untuk pelajaran mengeja, aritmatika, dan bahasa.
4. Tutorial
Tutorial, merupakan
suatau cara dimana seorang menyajikan konten, mengajukan pertanyan, meminta
respons dari pemelajar, menganalisis respons tersebut, memberikan umpan balik,
dan memberikan praktik hingga para pembelajar menunjukkan level dasar
kompetensi. Perbedaan
antara tutorial dan latihan dan praktik adalah bahwa tutorial memperkenalkan
dan mengajarkan materi baru, sementara latihan dan praktik fokus pada konten
yang diajarkan dalam format lainnya. Para siswa seringkali bekerja mandiri atau
satu lawan satu dengan seseorang saat mereka diberikan paket kumpulan kecil
informasi yang dirancang untuk dibentuk menjadi sekumpulan pengetahuan dan
praktik dengan umpan balik.
a.
Kelebihan :
- Bekerja
mandiri. Para siswa bisa bekerja mandiri mengenai materi baru dan menerima
umpan balik tentang kemajuan mereka.
- Menakar
sendiri kemajuan. Para siswa bekerja berdasar tingkat kemajuan mereka
sendiri.
- Individualisasi.
Tutorial berbasis komputer bisa merespons masukan para siswa dan
mengarahkan proses belajar mereka menuju topik baru.
b.
Kekurangan :
- Berpotensi
membosankan.
- Berpotensi
membuat frustasi.
- Berpotensi
kekurangan panduan.
Guru dapat mempertimbangkan menggunakan
teknologi dan media sebagai cara menyampaikan tutorial. Pelaksanaan
tutorial meliputi instruktur ke pembelajar, pembelajar ke pemelajar (misalnya, pemberian tutorial dengan
sesama rekan atau pusat belajar), komputer ke pemelajar (misalnya, peranti
lunak tutorial yang dibantu komputer) dan cetakan ke pembelajar. Komputer secara khusus dibuat untuk menjalankan
peran tutor karena kemampuannya menyampaikan menu respon yang kompleks terhadap
berbagai masukan yang berbeda dari para siswa.
5. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran gagasan dan
opini diantara para siswa atau guru. Diskusi bisa digunakan dalam tahap pembelajaran dan
pengajaran apapun, bisa dengan membagi kelompok kecil maupun kelompok besar.
Strategi ini merupakan cara yang bermanfaat dalam mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
dari sekelompok siswa sebelum mengakhiri tujuan pengajaran, terutama ketika
memperkenalkan topik baru atau pada permulaan tahun ajaran baru ketika guru
belum memahami para siswa.
a.
Kelebihan :
- Menarik.
Diskusi lebih menarik daripada duduk dan menyimak seseorang menguraikan
fakta-fakta.
- Menantang.
Siswa ditantang untuk memikirkan tentang topik dan menerapkan apa yang
telah mereka ketahui.
- Inklusif.
Diskusi memberikan kesempatan bagi seluruh siswa untuk berbicara
- Kesempatan
bagi gagasan baru. Siswa mungkin dapat menghasilkan gagasan baru saat
berdiskusi.
b.
Kekurangan :
- Berpotensi
melibatkan partisipasi terbat.
- Terkadang
tidak menantang.
- Tingkat
kesulitan.
- Kesesuaian
usia.
Menampilkan sebuah video bisa
memberikan pengalaman umum dan jika menampilkan isu yang tepat memberikan
sesuatu untuk didiskusikan.
Dengan mengarahkan diskusi menuju hasil-hasil belajar, mungkin bahwa para siswa
akan menentukan sendiri kebutuhan untuk mempelajari lebih jauh tentang topik
tersebut sebelum mereka bisa sepenuhnya berpartisipasi dalam sebuah diskusi.
6. Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan strategi
pengelompokan dimana para siswa bekerja sama untuk saling mendapat keuntungan
dari potensi belajar anggota lainnya. Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat
bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari siswa. Guru sebagai fasilisator
dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta didik menuju pengetahuan
yang benar dan tepat.
a.
Kelebihan :
- Manfaat
belajar. Mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang bergam memberikan
keuntungan bagi seluruh siswa.
- Formal atau informal. Kelompok
dapat bersifat formal atau informal
- Kesempatan belajar. Menciptakan
kesempatan belajar yang beragam
- Area
konten. Seluruh area konten bsa disertakan dalam aktivitas belajar
kelompok
a.
Kekurangan
- Keterbatasan
ukuran. Kelompok harus berukuran kecil.
- Berpotensi
berlebihan-digunakan. Belajar kooperatif bisa digunakan secra berlebihan
dan bisa kehilangan keefektifannya.
- Keterbatasan
anggota kelompok.
Para siswa bisa
belajar kooperatif tidak hanya dengan mendiskusikan materi teks dan menyaksikan
media, tetapi juga dengan membuat media. Contohnya, diruang kelas
hanya memiliki beberapa komputer untuk
digunakan, maka pembentukan kelompok kooperetif dimungkinkan sehingga seluruh
siswa bisa mengaksesnya. Dengan mengelompokkan siswa, dapat memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk menggunakan komputer.
7. Permainan
Pembelajaran dengan menggunakan
permainan dapat membuat pemelajar tertarik bahkan termotivasi terutama yang
membosankan dan repetitive. Teknik permainan ini tidak jarang menuntut
keterampilan pemelajar untuk memecahkan permasalahan, kemampuan untuk
menghasilkan solusi, atau memperlihatkan penguasaan atau konten spesifik yang
mengharuskan tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi. Permainan
memberikan kompetitif yang di dalamnya para siswa mengikuti aturan yang telah
ditetapkan saat mereka berusaha mencapai tujuan pendidikan yang menantang.
a.
Kelebihan :
- Keterlibatan
para siswa.
- Permainan
dapat disederhanakan agar sesuai dengan tujuan belajar.
- Permainan
dapat digunakan dalam berbagai suasana ruang kelas.
- Permainan
bisa menjadi cara yang efektif agar siswa tertarik pada materi
b.
Kekurangan :
- Permainan
bisa bersifat kompetitif, kecuali kalau diawasi dengan baik.
- Siswa yang
kurang mampu akan sulit mengikuti permainan.
- Beberapa
permainan, terutama permainan komputer bisa sangat mahal.
- Niat yang
salah arah. Tujuan belajar mungkin hilang karena adanya keinginan untuk
menang.
8. Simulasi
Simulasi melibatkan para siswa
menghadapi situasi kehidupan nyata
dalam versi diperkecil. Memungkinkan praktik realistik tidak akan melibatkan banyak biaya
hanya saja melibatkan dialog peserta, manipulasi
materi dan perlengkapan, atau interaksi dengan komputer. Simulasi bisa mewakili sesuatu yang
terlalu besar ataupun kompleks untuk ditampilkan. Misalnya ketika ingin
menyembelih hewan qurban, tidak mungkin kita akan membawa hewan ke dalam kelas,
tetapi cukup membawa barang tiruannya saja, atau bisa juga siswa diajak untuk
bermain peran hal itu termasuk salah satu contoh dari strategi simulasi.
a.
Kelebihan :
- Keamanan.
Simulasi menyediakan cara yang aman untuk terlibat dalam pengalaman
belajar
- Reka ulang
sejarah. Misalnya memainkan peran dalam sejarah romawi kuno
- Langsung
dilaksanakan. Siswa memiliki kesempatan berpengalaman langsung
- Berbagai
tingkat kemampuan. Siswa dengan berbagai tingkatan kemampuan bisa ikut
serta
b.
Kekurangan :
- Representasi
yang diragukan.
- Kompleksitas
.
- Sesutu
yang baru mungkin sulit
- Keharusan
menanya ulang ,
Keterampilan antarpersonal dan percobaan laboratorium
dalam ilmu fisika merupakan bidang studi yang populer untuk simulasi. Bermain
peran merupakan salah satu contoh dari strategi simulasi.
9. Penemuan
Strategi penemuan menggunakan
pendekatan induktif, atau penyelidikan, untuk belajar. Strategi ini menyajikan
masalah untuk diselesaikan melalui percobaan kesalahan.
Pendekatan umum yang biasa digunakan untuk penemuan yaitu dengan metode
ilmiah meliputi pembentukan hipotesis, pertanyaan, mencoba solusi yang
mungkin, dan menganalisis informasi yang dipelajari untuk menentukan apakah
pendekatan tersebut berhasil. Maka siswa akan menemukan
jawaban atas sebuah pertanyaan
tersebut.
a.
Kelebihan :
·
Keterlibatan. Melibatkan para siswa di
seluruh tingkatan pembeajaran.
·
Langkah-langkah yang berulang. Menggunakan
prosedur yang telah diajarkan sebelumnya.
·
Kendali siswa atas pembelajaran. Siswa
merasa bisa mengendalikan proses belajar mereka sendiri
b.
Kekurangan :
- Faktor
waktu. Memakan banyak waktu dari segi perancangan dan pelaksanaan.
- Membutuhkan
pemikiran adanya kemungkinan masalah yang mungkin ditemui para siswa
- Bisa
mengakibatkan salah pengertian
Teknologi dan
media pengajaran bisa membantu meningkatkan penemuan atau penyelidikan.
Misalnya, video bisa digunakan untuk pengajaran penemuan dalam ilmu-ilmu fisik. Contoh pelajaran fisika yaitu dengan
menampilkan tayangan sebuah balon yang ditimbang sebelum dan sesudah diisi
dengan udara, para siswa menemukan bahwa udara memiliki berat.
10. Penyelesaian masalah
Penyelesaian masalah melibatkan
penempatan para siswa dalam peran aktif berhadapan dengan masalah baru yang
ditemukan dalam kehidupan nyata. Di mulai dari
pengetahuan
terbatas tetapi melalui kolaborasi dengan rekan, penelitian dan konsultasi dengan ahli,
mereka mengembangkan, menjelaskan, dan mempertahankan solusi atau posisi
mengenai masalah tersebut.
a.
Kelebihan :
·
Keterlibatan. Para siswa secara aktif
terlibat dalam pengalaman belajar dunia nyata.
·
Konteks untuk belajar. Hubungan antara
pengetahuan dan keterampilan menjadi jelas.
·
Tingkat kerumitan. Kerumitan masalah
bisa dikendalikan, akan lebih banyak tingkatan seiring jalannya waktu.
b.
Kekurangan :
- Sulit
untuk diciptakan. Sulit untuk menciptakan masalah yang berkualitas untuk
pembelajaran.
- Kesesuaian
usia. Usia dan tingkat pengalaman para siswa mungkin membutuhkan lebih
banyak kontrol dari guru.
- Makan
waktu. Memakan waktu dalam ruang kelas
- Membutuhkan
menanyakan ulang. Guru harus menyisihkan waktu untuk menanya ulang para
siswa tentang hal yang sudah mereka pelajari.
Guru bisa
menggunakan teknologi dan media yang ada untuk memperkaya masalah yang akan
disajikan. Contohnya
masalah yang terstruktur yaitu pembelajaran matematika dalam soal cerita
sering kali merupakan aplikasi terstruktur dari kemampuan perhitungan
matematika yang telah dikuasai siswa. Ketika mereka memahami masalahnya, mereka
mampu menerapkan kemampuan matematika yang tepat dan mendapatkan jawab-annya. Sedangkan aplikasi yang kurang
terstruktur yaitu pembelajaran seni yang mana ketika akan membuat sebuah
gambar, mungkin saja meminta siswa menggunakan bahan-bahan untuk
merancang sebuah gambar yang menggambarkan impian mereka. Para siswa bisa
menciptakan gambar yang sederhana atau rumit yang menghasilkan keterampilan
seni baru yang mereka pelajari.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dan media merupakan
segala
bentuk kajian dan praktek etis yang mengunakan peralatan fisik komunikasi
berupa hardware dan sofwere untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja
dengan menciptakan, mengunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang
sesuai. Dalam pembelajaran tentunya
mempertimbangkan berbagai faktor karena mengingat penggunaan teknologi yang berpengaruh memungkinkan
kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Ada
beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam penerapan strategi pengajaran
yang memadukan teknologi dan media, yang diantaranya adalah pusat setrategi
pengajaran, tahapan-tahapan literasi teknologi, serta pemilihan media.
Beberapa strategi pengajaran dengan memadukan
teknologi dan media dapat dilakukang pada aktivitas pembelajaran, yang diantaranya
dengan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktik, tutorial, diskusi, belajar
kooperatif, permainan, simulasi, penemuan dan penyelesaian masalah. Disamping
itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah situasi dan konteks belajar dan bagaimana siswa
mendapatkan pengalaman selama proses pembelajaran, supaya guru bisa menentukan strategi mana yang tepat
untuk digunakan.
3.2 Saran
Mengenai pengajaran dengan memadukan teknologi dan media,
dapat kami sarankan bahawa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksisal dan
merata, serta tercapainya tujuan-tujan suatu pembelajaran yang telah
ditentukan, unsur pendidik dan peserta didik hendaknya termotivasi untuk mempelajari
dan meningkatkan penguasaan teknologi dan media. Selain itu, khusus bagi
pendidik, seorang pendidik hendanya selalu giat dan termotivasi untuk
mempelajari dan menerapan metode-metode pengajaran dengan mengaplikasikan
teknologi dan media.
DAFTAR PUSTAKA
Arzyad, Azar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta : rajawali
Press.
Aqib, Zainal. 2002. Profesional Guru Dalam Pembelajaran.
Surabaya : Insan Cendikia.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan
Zain. Strategi Belajar Mengajar.
2005. Jakarta : Rineka Cipta.
Mudhofir. 1990. Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan Dan Penyususnan
Program Pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Januszewski dan Moleda. Instructional Technology end Media For
Learning. Prentice Hall.
Khairil. 2011. Sudarwan Danim. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Smalindo.2011. Sharon E. Intructional
technology and media for learning: teknologi pembelajaran dan media untuk
belajar. Jakarta : Kencana.
Sanjaya, Wina. 2013. Perencanaan
dan Desain Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sudarsana, I. K. (2014).
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di
Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.
Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal
Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.
Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT
MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU
YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230.
Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN
TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND
PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal
Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.
Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif dan
Kontenporer. Jakarta : Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar